Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Naik Pamor, Posisi Tawar Naik? (Bagian II)

Warta Ekonomi -

WE Online, Beijing - Pada pertemuan puncak KTT Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC) pada 10-11 November 2014 lalu di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi primadona. Sosok Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden baru Indonesia untuk periode 2014-2019 tidak saja memberikan harapan baru bagi negara dan bangsa Indonesia, tetapi juga negara lain.

"Banyak yang ingin bertemu Presiden Jokowi. Yang ingin bertemu tidak saja pemimpin negara besar, seperti Amerika Serikat dan Rusia, tetapi juga negara kecil," kata seorang diplomat Indonesia di Beijing, suatu siang, beberapa hari sebelum digelar.

Didukung pertumbuhan ekonomi relatif stabil, pangsa pasar yang besar, serta peran pentingnya di ASEAN, Indonesia harus memiliki posisi tawar yang lebih kuat, termasuk yang menyangkut kepentingan politik dan ekonomi nasional. Indonesia harus mampu memperkuat posisinya sehingga Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, tetapi juga pelaku dalam setiap ragam bentuk integrasi ekonomi regional dan internasional.

Posisi tawar yang kuat akan membuat Indonesia mampu menekan negara-negara besar, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, untuk membuka keran pasarnya bagi produk-produk ekspor Indonesia. Dengan begitu, ada keuntungan komparatif yang seimbang dalam wahana perdagangan bebas. Indonesia bukan negara kecil sehingga sudah saatnya Indonesia makin memperkuat posisi tawarnya.

Meski demikian, apapun bentuk dan nama integrasi ekonomi yang dibangun selalu ada tarik-menarik kepentingan antara AS sebagai kekuatan global dan Tiongkok yang kini merupakan pemain global. Terlebih kini AS dan Tiongkok sama-sama menjadikan Asia Pasifik sebagai fokus dalam kebijakan luar negerinya. Kebijakan AS yang dikenal sebagai pivot penyeimbangan kembali meningkatkan kehadiran militernya di Asia Pasifik.

Amerika Serikat memiliki kepentingan besar di Asia Pasifik, terutama sebagai jalur energinya, begitu pun Tiongkok. Salah satu jalur utama perdagangan dan energi dunia, termasuk yang digunakan AS dan Tiongkok, juga melalui wilayah kedaulatan Indonesia di antaranya ketiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan Selat Malaka.

Sang kekuatan global AS juga berkepentingan untuk menahan laju Tiongkok yang makin percaya diri menjadi kekuatan besar di Asia tidak saja secara ekonomi dan politik luar negeri, tetapi juga militer.

Asia Pasifik, Indonesia berada di dalamnya, kini menjadi ajang perebutan pengaruh antara AS dan Tiongkok. Keduanya pun memandang strategis Indonesia. Mereka pun memberikan kepercayaan strategis kepada Indonesia untuk memainkan peran pentingnya dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Tenggara khususnya dan Asia Pasifik umumnya.

Sebagai mitra strategis bagi AS dan Tiongkok, Indonesia seharusnya mampu meningkatkan posisi tawarnya, tidak saja politik, tetapi juga ekonomi bagi kepentingan nasional yang lebih baik.

Selain bermain cantik dan cerdas di antara kepentingan negara-negara maju tersebut, Indonesia juga harus memperkuat komitmennya melakukan perbaikan internal terlebih dahulu, terutama mengubah mental sebagai pasar. Indonesia mesti menjadi pelaku pasar dari perilaku konsumtif menjadi produktif sehingga posisi tawar Indonesia akan makin kuat. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: