Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketika Anak Kandung Reformasi Menonton Film 'Di Balik 98'

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Beberapa anak muda berdiri rapi di tempat penjualan tiket di salah satu bioskop di Jakarta, Jumat (16/1/2015). Mimik wajah mereka ceria. Tidak ada rasa gelisah walau harus berdiri cukup lama untuk memperoleh tiket. Padahal, semakin malam antrean di depan tempat penjualan tiket itu semakin panjang.

Saat itu anak-anak muda ini datang ke bioskop untuk menyaksikan film Di Balik 98. Tampaknya, film besutan sutradara Lukman Sardi ini berhasil untuk menarik minat penonton yang kebanyakan adalah anak muda. Di hari kedua penayangannya di layar bioskop di Indonesia studio film ini penuh dipadati penonton dari siang hingga malam.

Salah satu penonton film Di Balik 98, Linda (17 tahun), mengaku terkesan setelah menonton film ini. Ia yang lahir pada tahun 1997 lalu itu mengatakan dirinya banyak mendapat pengetahuan setelah menonton film yang dibintangi oleh Chelsea Islan dan Boy William ini.

"Aku tidak menyangka Indonesia pernah mengalami hal seperti itu (krisis moneter, penjarahan, dan reformasi). Dulu (tahun 1998) aku masih satu tahun. Jadi, belum tahu apa-apa. Ayah juga tidak pernah cerita kalau ada (peristiwa reformasi) itu. Atau mungkin cerita, tapi lupa," katanya kepada Warta Ekonomi.

Perempuan yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) ini mengatakan bahwa di bangku sekolah memang pernah diajarkan tentang masa-masa reformasi di Indonesia. Tapi, ia mengatakan apa yang disampaikan oleh gurunya tidak berkesan sama sekali. Ia pun membandingkan penjelasan yang disampaikan oleh gurunya dengan apa yang ia simak di film ini.

"Lebih suka nonton film. Aku jadi tahu sejarah dari nonton film. Belajar (di sekolah) juga menyenangkan sih, tapi lebih dapat pesannya di film," ungkapnya.

Anak muda yang lain, Ari (16 tahun), mengaku film Di Balik 98 sudah mengubah pandangannya tentang berbagai macam hal. Ia mengatakan salah satu pandangan yang sama sekali berubah setelah ia menonton film ini adalah soal demonstrasi dan unjuk rasa.

"Selama ini saya pikir orang demo itu apa sih. Demo buruh, demo BBM, bikin macet. Ujung-ujungnya cuma tawuran, tapi bensin tetap naik juga. Nah, tadi saya menonton mahasiswa demo itu beda. Mereka demo itu bukan buat rusuh, ada cita-cita," katanya.

Ia menambahkan pandangan dirinya terhadap aparat keamanan juga berubah. Ia mengaku bahwa selama ini dirinya bersikap apatis terhadap aparat, baik pihak polisi maupun TNI. Ia menganggap bahwa beberapa oknum tentara dan polisi sering kali berlaku sewenang-wenang dan merasa paling berkuasa.

"Tadi si Donny (Donny Alamsyah berperan sebagai tentara di dalam film) patriotik banget. Dia lebih pilih negara daripada istri (yang sedang hamil). Kalau semua tentara dan polisi seperti dia, tidak ada lagi orang korupsi-korupsi. Sampai polisi saja sekarang jadi tersangka korupsi," paparnya.

Film Di Balik 98 sendiri adalah film yang mengisahkan tentang masa-masa peralihan kekuasaan dari Soeharto ke BJ Habibie. Meski film ini mengisahkan tentang momen reformasi, tapi film ini bukan merupakan film politik karena lebih menggambarkan sisi humanis dari peristiwa tersebut.

Salah satu sisi humanis dari film ini adalah ketika Presiden Soeharto diperingatkan oleh Ibu Tien bahwa ia lupa memakai peci hitam saat ingin menyampaikan pidato kenegaraan.

Film ini juga tidak lupa mengisahkan hubungan cinta antara para tokohnya. Sedangkan, konflik dalam film ini terbangun dari pertentangan antara tokoh mahasiswi (Chelsea Islan) yang merupakan keluarga dari seorang tentara (Donny Alamsyah) dan karyawan istana negara (Ririn Ekawati).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: