Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BKKBN Sayangkan Keterlibatan Remaja dalam Kasus Begal

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyayangkan keterlibatan anak remaja dalam kasus pencurian kendaraan bermotor dengan menggunakan kekerasan atau begal.

"Kita mendengar informasi bahwa ada pelaku begal yang ternyata masih berusia remaja sekitar 18 tahun, hal itu sangat disayangkan," kata Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Sudibyo Alimoeso di Jakarta, Kamis (5/3/2015).

Menurut dia, aksi kekerasan yang dilakukan oleh remaja merupakan dampak dari berbagai faktor. "Salah satunya pengaruh lingkungan," katanya.

Menurut dia, agar anak tidak mudah terpengaruh oleh hal negatif maka peran orang tua sangat dibutuhkan. "Pengasuhan dan pendampingan dari orang tua merupakan syarat mutlak, jangan karena merasa anak sudah berusia 17 tahun atau lebih maka orang tua membebaskan pergaulan anak tanpa diawasi," katanya.

Dia menambahkan, orang tua harus menciptakan suasana yang harmonis di rumah agar tumbuh kembang anak semakin optimal. "Pendidikan karakter, pendidikan agama, dan memberi contoh perilaku yang baik agar anak tumbuh dengan karakter yang baik dan tidak mudah terpengaruh hal negatif dari luar," katanya.

Sementara itu, komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto menyatakan kecenderungan yang berkembang pada saat ini menunjukkan kondisi pelaku begal atau kejahatan lainnya semakin "meremaja" atau "memuda". "Dengan kata lain, profil pelaku semakin hari semakin banyak yang berusia muda, bahkan ada yang berusia 18 tahun," katanya.

Berdasarkan hal tersebut, KPAI membuat sebuah kajian mengenai pemicu keterlibatan anak remaja pada praktik begal. "Hasil kajian kita menunjukkan banyak sekali faktor penyebab anak terlibat begal," katanya.

Yang pertama, kata dia, pengaruh lingkungan dan teman sebaya. Kedua, karena disfungsi keluarga, dan yang ketiga karena cara berpikir yang serba instan. "Faktor selanjutnya atau yang keempat adalah karena dampak dari 'bullying' (perundungan) yang kerap dialami," katanya. Kelima, adalah karena dampak buruk dari tontonan yang mengandung unsur kekerasan. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Achmad Fauzi

Advertisement

Bagikan Artikel: