Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Memahami Aksi Alibaba Akuisisi Lazada

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Baru-baru ini dunia e-commerce dibuat tercengang oleh aksi korporasi Alibaba mengakuisisi Lazada dengan nilai fantastis, Rp13,1 triliun. Bagi Indonesia aksi korporasi tersebut menjadi perhatian khusus karena 75% pangsa pasar Lazada ada di Indonesia.

Seperti diketahui, Lazada merupakan marketplace terbesar di Asia Tenggara, pangsa pasarnya meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Singapura.

Sebagai rakasa e-commerce di Asia Tenggara dan sering dijuluki Amazon-nya Asia Tenggara, Lazada membukukan pendapatan sebesar US$191 juta dalam kurun waktu sembilan bulan. Namun, biaya operasional Lazada untuk mendapatkan pelanggan, insentif ke pada pihak ketiga dan biaya promosi Lazada mencapai US$233 juta dolar.

Menurut Presiden Alibaba, Michael Evans dengan investasi di Lazada, Alibaba menambah akses ke platform yang memiliki basis konsumen besar dan terus bertumbuh di luar China. Sementara itu, analis RHB Research Institute Sdn di Hong Kong, Li Yujie, menjelaskan apa yang dilakuan oleh Alibaba adalah dalam upaya mengintegrasikan bisnis dan memperkenalkan penjual yang sudah ada di Lazada untuk menjual produk ke luar negeri.

Ecommerce Nomor 1 di Asia Tenggara

Walaupun kinerja keuangannya masih dalam posisi negatif, Lazada memegang pangsa pasar di lima negara Asia Tenggara, Indonesia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, dengan jumlah pelanggan mencapai delapan juta, annual GMV (gross merchandise value) nilai mercendais terjual untuk satu tahun mencapai 1,1 juta dolar AS (September 2015). Mitra penjual aktif Lazada mencapai 30.5000, termasuk marketplace seller dan retailer supplier, dengan SKUs (kode katalog produk) mencapai 10 juta.

Indonesia merupakan pangsa pasar terbesar Lazada dengan jumlah pelanggan mencapai 63 juta pelanggan dan dengan tingkat waktu belanja di Lazada 6,9 menit (pengguna Android) serta 6,2 menit (pengguna Apple) per bulan. Berdasarkan laporan yang dirilis Lazada pada kuartal ketiga 2015, produk baru yang dengan penjualan paling banyak di antaranya, jam tangan, sunglasses, jewelry, dan groceries. Untuk kategori fashion, home & living, automotive & gadget, sports & outdoors menjadi produk dengan penjualan dengan peningkatan pesat.

Raksasa Alibaba
Alibaba, ecommerce asal China ini menjadi salah satu perusahaan online legendaris. Dengan lika-liku sejarahnya, sekarang Alibaba menjadi grup e-commerce terbesar di China. Di bawah Alibaba Group ada alibaba.com, e-commerce B2B pelopor bisnis e-commerce Alibaba; Tmall, pemegang pangsa pasar e-commerce B2C terbesar di China; dan Taobao situs lelang yang berhasil mengalahkan eBay di China. Di China Alibaba juga memegang kendali bisnis layanan logistik, Aliexpress dan pembayaran online, Alipay.

Kabarnya, Alibaba menjadi dewa penolong setelah dalam kurun beberapa tahun melakukan pengembangan pasar yang memakan biaya tidak sedikit, ada yang menyebutkan Lazada mengalami kesulitan keuangan, cash flow-nya semakin menipis.

Tiga investor membuka nilai penjualan saham mereka pada Alibaba. Rocket Internet menjual 9,1 persen saham dengan nilai US$ 137 juta; Tesco menjual 8,6 persen saham untuk US$ 129 juta; sedangkan Kinnevik menjual 3,8 persen saham mereka dengan nilai US$ 57 juta.

Lebih dari 35 pemegang saham karyawan atau mantan karyawan yang memegang 43,83 persen juga menjual kepemilikan mereka pada Alibaba. Hanya satu investor yakni perusahaan asal Singapura, Temasek masih menahan kepemilikan saham mereka.

Berbagai Tanggapan
Aksi akuisisi fantastis Alibaba atas Lazada menuai berbagai komentar, baik dari kalangan pemerintah maupun pelaku usaha, khususnya di Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar Lazada. Chief Executive Officer OLX Daniel Tumiwa menyambut kedatangan Alibaba dengan mengucapkan selamat datang dan memandang itu bukan sebuah ancaman.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyambut baik aksi Alibaba atas Lazada dan memandang e-commerce sebagai peningkatan efisiensi kerja sama ekonomi kedua Negara (China-Indonesia).

Tanggapan berbeda disampaikan oleh Doni Ismanto, pengamat dari Indotelko Forum. Ia berpendapat bahwa pemerintah harus berhati-hati dengan wacana daftar negatif investasi 100% bagi e-commerce, jika demikian Indonesia akan menjadi colonize digital asing karena tidak perlu membangun ekosistem lagi untuk masuk ke Indonesia.

Memahami Aksi Alibaba
Aksi akuisisi Alibaba atas Lazada tidak terlepas dari fondasi perekonomian negara asalnya, China, dan kesesuaian fondasi bisnis koporasi dengan bisnis Lazada. Melalui Tmall, Alibaba sudah menguasai pasar e-commerce B2C di negara asalnya. Seperti diungkapkan oleh salah satu petingginya, akuisisi Lazada merupakan ekspansi pasar Alibaba untuk menguasai pasar Asia Tenggara.

Keuntungan Alibaba dari akuisisi Lazada di antaranya, 1) pangsa pasar Lazada, 2) ekosistem e-commerce yang sudah terbentuk, 3) jaringan logistik yang tinggal diintegrasikan, 4) Lazada sebagai jalan tol untuk melewati barrier to entry. Lazada menjadi market leader di lima negara Asia Tenggara di mana 75% pasarnya ada di Indonesia. Perilaku belanja online di kota besar di Asia Tenggara, seperti Jakarta, Bangkok, dan Manila terus mengalami peningkatan, di bawah Alibaba dengan dukungan dana segar tentunya Lazada leluasa melakukan penetrasi pasar, melalui promosi dan program marketing lainnya.

Penguatan ekosistem e-commerce yang mudah dilakukan Lazada di bawah Alibaba di antaranya, a) meningkatkan jumlah seller partner yang lebih kompetitif yang berasal dari negara asalnya, b) mempermudah sistem pembayaran antar-negara khususnya Asia Tenggara dan China, melalui Alipay. Dalam upaya penetrasi global, melalui Lazada, di Asia Tenggata Alibaba sudah tidak susah-susah merancang sistem logistik, apa yang ada di Lazada tinggal diintegrasikan dan dikembangkan, yang tentunya akan meningkatkan efisiensi korporasi. Terakhir, Lazada ibaratnya jalan toll bagi Alibaba untuk masuk ke Asia Tenggara di mana hambatan-hambatan baik yang berupa kebijakan maupun sistem pasar sudah dilalui oleh Lazada.

Dampak Akuisisi Lazada Terhadap Pasar Indonesia
Vinnie Lauria, co-founder Golden Gate Ventures Singapura, mengungkapkan pasar Asia Tenggara merupakan allternatif ketika pertumbuhan ekonomi Negara Tirai Bambu melambat, pangsa pasar digital Asia Tenggara yang selama ini hanya dipandang sebelah mata menjadi salah satu jalan keluarnya.

Sebagai pangsa pasar terbesar, apa yang terjadi dengan Lazada setelah diakuisisi Alibaba tentunya akan berdampak terhadap konsumen dan selling partner di Indonesia, dan pada akhirnya akan berdampak juga pada perekonomian Indonesia. Ketika Lazada di bawah Alibaba meningkatkan jumlah selling partner, tentunya akan lebih mudah menambah selling partner dari China. Alibaba hanya tinggal mengintegrasikan selling partner di Tmall dan dan Alibaba.com untuk berjualan di Lazada.

Selling partner Indonesia di Lazada akan kalah kompetitif. Ketika ini terjadi, produk dari China akan membanjiri Indonesia melalui perdagangan online. Dampak pada perekonomian Indonesia tentunya ini akan menambah defisit neraca perdagangan Indonesia-China.

Menyikapinya
Perkembangan e-commerce di Indonesia sendiri mengalami peningkatan signifikan. Menurut Bank Indonesia, nilai transaksi e-commerce pada tahun 2014 mencapai US$2,6 miliar atau setara dengan Rp34,9 triliun. Berdasarkan keterangan dari Dirjen Perdagangan menyatakan 80 persen peritel mengakui persentase jumlah penjualan online meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 25 persen.

Di lapangan para retailer kecil sudah mulai merasakan dampak dari keberadaan e-commerce. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang retailer elektronik, fenomena e-commerce seperti fenomena pasar modern. Dulu banyak retailer elektronik memandang sebelah mata keberadaan pasar modern, aneh, siapa yang mau beli jualan di mall. Selang beberapa tahun keemudian pasar modern menjadi tempat berjualan potensial. Begitu juga e-commerce, sekarang retailer sudah merasakan dampaknya, penjualan langsung mengalami penurunan, konsumen pelan-pelan beralih ke penjualan online.

Fenomena ini tentunya harus disikapi secara bijak oleh pemerintah. Dalam kondisi masih banyak masyarakat yang belum mengerti dan memahami atas pentingnya e-commerce, khususnya produsen, UMKM dan para pelaku di bidang agribisnis, tentunya menjadi tugas pemerintah menerapkan kebijakan dan melakukan usaha-usaha, do business yang memberikan proteksi bagi usaha lokal dan mengantarkan ke ranah global melalui keberadaan e-commerce.

Penulis: Antasena Wiyono dan Arief Santoso

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: