Kementerian Energi Sumber Daya Mineral menyebut usul pembukaan keran impor tidak akan banyak membantu upaya pemerintah dalam menekan harga gas industri.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Senin (10/10/2016), mengatakan usul impor merupakan salah satu dari sekian banyak opsi penurunan harga gas untuk industri.
Usul pembukaan keran impor gas disampaikan oleh Indonesia Petroleum Association (IPA), asosiasi yang menaungi pengusaha di sektor hulu migas.
"Ada banyak opsi penurunan harga gas, dari hulu, hilir, 'midstream' dan 'mix' (gabung) dari impor. Tapi kita harus lihat datanya secara detil," katanya. Menurut Wiratmaja, harga gas yang berlaku internasional mengakibatkan pembelian dari negara mana pun tidak akan banyak mengubah harga.
Dengan demikian, jika ingin impor, maka harga gas di negara asal harus jauh lebih murah dari di Indonesia. Belum lagi biaya tambahan untuk transportasi dan biaya mengubah jadi gas alam cair (LNG) agar lebih mudah dalam pengiriman.
"Beli gas dari Qatar, harganya memang sedikit lebih murah, tapi plus ongkos transportasi ke sini ujung-ujungnya enggak jauh beda. Apalagi beli di Amerika Serikat yang harganya 2,5 dolar AS/MMBTU. Lalu ongkos untuk dijadikan LNG (agar bisa dikirim) berapa? Enggak bisa membantu banyak," katanya.
Wiratmaja juga mengatakan kebijakan impor harus memperhatikan produksi dalam negeri. Dengan demikian, konsep "supply and demand" berlaku karena jika pasokan berlebih, tidak diperkenankan adanya impor.
Pasalnya, tahun ini saja ada sekitar 17 kargo LNG yang belum terserap karena belum ada pembelinya.
"Tahun depan ada 30 kargo yang belum ada 'commited buyer'. Makanya, opsi pertamanya optimalkan dalam negeri dulu," katanya.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengaku salah paham tentang harga gas di negara lain yang menurutnya jauh lebih murah dibanding di Indonesia.
"Kita jangan salah mengerti harga gas di negara lain itu yang sekitar 4-4,5 dolar AS/MMBTU itu sebenarnya baru sampai di mulut sumur. Kalau impor, belum masuk gasifikasi LNG sehingga harganya masih di atas itu," jelasnya.
Oleh karena itu, Luhut mengaku masih akan meneliti item per item untuk memastikan efisiensi yang perlu dilakukan dalam rangka menurunkan harga gas untuk industri.
"Saya berharap tim minggu ini bisa merampungkan hal itu," ujarnya. (Ant)
?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: