Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Sentimen terhadap perekonomian Indonesia semakin membaik pada perdagangan pekan ini setelah rilis data penjualan ritel bulan Agustus yang mengesankan sebesar 14.4 persen meningkatkan optimisme terkait pulihnya momentum ekonomi.
Laporan penjualan ritel yang menggembirakan ini mendukung pertumbuhan PDB dan seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga di Indonesia karena membaiknya daya beli dengan turunnya level inflasi dan menguatnya rupiah.
"Prospek keseluruhan terlihat menjanjikan meninjau data domestik Indonesia yang terus menampilkan isyarat pemulihan dan stabilitas," ujar Research Analyst Forextime Lukman Otunuga di Jakarta, Kamis (13/10/2016).
Menurutnya, topik utama di Indonesia masih seputar program amnesti pajak yang diterima dengan cukup positif sejak awal diumumkan.
"Hasil dari program periode pertama sangat mengesankan dan optimisme semakin besar bahwa hasil dari program ini dapat diinvestasikan kembali ke perekonomian Indonesia dalam jangka yang lebih panjang," ujarnya.
Sementara itu, lanjut Lukman, nilai tukar rupiah pun menampilkan kekuatan terhadap Dolar AS pekan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar berkisar di level Rp 13.000 karena membaiknya sentimen terhadap Indonesia terus mendukung nilai tukar rupiah.
"Walaupun Rupiah berpotensi terus menguat di jangka pendek karena membaiknya sentimen beli, Rupiah dapat melemah di masa mendatang apabila peningkatan suku bunga AS yang mungkin dilakukan di bulan 2016 menyebabkan arus keluar dana dari pasar berkembang sehingga memukul mata uang lokal," ucapnya.
Adapun, ia mengungkapkan bahwa selasa kemarin dapat dinobatkan sebagai "Pasar Penjual" di arena finansial karena seluruh saham dan mata uang utama mengalami momentum jual besar-besaran dalam sesi perdagangan hari Selasa. Di mana, satu-satunya kelas aset yang sepertinya menguat adalah Dolar AS yang meningkat ke level tertinggi tujuh bulan sedangkan segenap saham utama merosot ke zona merah dan GBPUSD anjlok ke level terendah dalam satu generasi terakhir.
Beralih dari topik GBP, Emas memasuki bulan Oktober dengan lesu. Logam mulia ini mendadak merosot ke level terendah empat bulan di bawah US$1245 setelah di luar dugaan tergelincir di bawah level support US$1300 pada awal bulan.
Momentum jual komoditas logam semakin besar di beberapa hari terakhir karena spekulasi bahwa probabilitas peningkatan suku bunga AS sebelum akhir tahun 2016 semakin besar. Indeks Dolar saat ini diperdagangkan di level tertinggi dalam sekitar tujuh bulan terakhir sehingga aset safe haven, ekuitas, dan mata uang global pun semakin tertekan.
Ia menjelaskan, sebagian besar saham memasuki zona merah di perdagangan hari Rabu karena volatilitas harga minyak dan kegelisahan menjelang rilis rapat Fed mengganggu ketertarikan investor pada aset berisiko. Saham Asia goyah di hari Rabu karena investor menghindari risiko. Nuansa bearish juga terasa di pasar Eropa.
"Wall Street langsung melemah setelah pengumuman pendapatan perusahaan yang mengecewakan dan berpotensi semakin merosot apabila anjloknya harga minyak mentah dan meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga mengganggu selera risiko," jelasnya.
Terkait dengan rapat FOMC, Dolar AS bullish di bulan Oktober. USD menekan mata uang lainnya karena peningkatan ekspektasi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember. Laporan ketenagakerjaan yang memiliki sisi negatif dan positif pekan lalu diterima pasar sebagai salah satu aspek yang memperkuat alasan untuk peningkatan suku bunga AS sebelum akhir tahun.
Indeks Dolar saat ini diperdagangkan di sekitar level tertinggi tujuh bulan terakhir dan dapat semakin meningkat karena optimisme kenaikan suku bunga Fed semakin besar.
Ia melihat, investor akan sangat mencermati notulen rapat FOMC terbaru di hari Rabu sore ini untuk mencari kejelasan tentang laju peningkatan suku bunga AS di masa mendatang. Notulen rapat Fed yang segera dirilis ini dapat memengaruhi pasar meninjau semakin besarnya divergensi opini tentang kenaikan suku bunga. Tiga anggota FOMC yang berbeda pendapat akan menjadi salah satu fokus perhatian karena investor mencoba memahami intensitas kubu hawkish dan juga sentimen Fed sesungguhnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: