Perusahaan makanan dan minuman raksasa asal Swiss, Nestle, memangkas proyeksi pertumbuhan tahunan menjadi 3,5 persen, dari prediksi sebesar 4,2 persen di bulan Agustus. Perusahaan yang memiliki merek Nespresso dan KitKat tersebut menyalahkan turunnya harga pangan sebagai penyebab dari turunnya proyeksi pertumbuhan.
Mengutip BBC di Jakarta, Jumat (21/10/1026), Nestle mencatat penjualan selama sembilan bulan sebesar 65,51 miliar franc Swiss (US$ 66,19 miliar), naik dari 64,86 miliar franc Swiss pada tahun sebelumnya. Seperti para pesaingnya, perusahaan telah berjuang untuk menaikkan harga di tengah persaingan yang ketat di antara supermarket.
Salah satu pesaing utamanya, Unilever, menaikkan harga di negara-negara yang nilai mata uangnya melemah, seperti Inggris, karena banyaknya produk impor yang menyebabkan biaya lebih tinggi.
Unilever merupakan produsen produk sehari-hari terbesar di Inggris dan merek-merek terkenal di seluruh dunia, seperti deterjen bubuk Persil, ice cream Ben & Jerry dan Marmite.
Sterling menurun sekitar 16 persen terhadap euro dan 19 persen terhadap dolar sejak Inggris pada bulan Juni memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa. Penurunan tajam dalam nilai pound telah membuat pemasok dan? pengecer berurusan dengan efek tagihan yang lebih tinggi untuk barang-barang impor.
Kasus terbaru dari pertempuran antara pemasok dan pengecer, terjadi antara Unilever dengan Tesco. Unilever bersikukuh untuk menaikkan harga sekitar 10 persen terkait kompensasi penurunan nilai pound, akibatnya Tesco menghentikan penjualan produk Unilever di situsnya. Berbeda dengan Unilever, Nestle lebih menargetkan volume penjualan ketimbang menaikkan harga.
"Dalam lingkungan yang ditandai dengan deflasi dan harga bahan baku yang rendah, kami terus berfokus pada pertumbuhan volume," kata CEO Paul Bulcke dalam sebuah pernyataan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: