Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hendar mengakui literasi atau pengetahuan masyarakat mengenai ekonomi syariah masih rendah sehingga pangsa keuangan syariah terhadap keuangan maupun perekonomian nasional masih kecil, yaitu kurang dari lima persen.
"Di sinilah dibutuhkan sumber-sumber edukasi keuangan syariah yang inspiratif dan implementatif khususnya di Indonesia," ucap Hendar usai peluncuran buku Dinamika Produk dan Akad Keuangan Syariah di Surabaya, Rabu (26/10/2016).
Ia mengatakan rendahnya literasi tersebut disebabkan beberapa hal, salah satunya banyak produk keuangan syariah yang selalu menggunakan istilah Arab, ditambah keterbatasan sumber daya manusia yang bisa memahami keuangan syariah, dan terbatasnya sarana edukasi keuangan syariah.
Hendar mengaku hal tersebut menjadi salah satu tantangan ke depan, dan BI perlu mendorong keuangan syariah dapat berkorelasi dengan aktivitas sektor riil masyarakat.
Tantangan lain, kata Hendar, adalah adanya perlambatan ekonomi global yang berkepanjangan sehingga permintaan pembiayaan menurun tajam, diikuti penurunan dana pihak ketiga (DPK).
"Untuk itu, industri keuangan syariah perlu mengelaborasi produk dan akad keuangan syariah. Hal itu untuk memberikan solusi dalam mengangkat pelemahan sektor riil," tambahnya.
Hendar menjelaskan keuangan syariah di Indonesia pernah mengalami pertumbuhan aset yang sangat ekspansif dengan rata-rata 40 persen pada periode 2008-2013.
"Jumlah itu jauh melampaui rata-rata pertumbuhan keuangan syariah global sebesar 19 persen," katanya.
Namun pada perkembangan berikutnya masih menyisakan banyak tantangan dan peluang yang harus diselesaikan, khususnya di bidang produk dan akad agar keuangan syariah bisa tumbuh berkelanjutan ke depan.
Sementara itu Kepala Perwakilan BI Jatim Benny Siswanto mengakui saat ini penyediaan materi edukasi keuangan syariah sangat dibutuhkan, terutama edukasi terkait produk dan akad produk keuangan syariah.
Sebab, perdebatan keuangan syariah masih sering terjadi. Oleh karena itu BI meluncurkan buku pedoman yang membahas tentang latar belakang, produk dan bentuk akad keuangan syariah.
"Buku tersebut dapat digunakan untuk edukasi secara langsung ke masyarakat, terutama di lingkungan sekolah, pondok pesantren dan ormas Islam," katanya.
Terkait industri keuangan syariah di Jatim, Benny mengaku masih belum mencapai lima persen, dan pangsa aset perbankan syariah hingga Juli 2016 tercatat baru 4,8 persen.
Sedangkan total pembiayaan yang disalurkan perbankan syariah sebesar Rp24,3 triliun, dengan komposisi penyaluran kepada UMKM sebesar 26 persen, dan simpanan masyarakat di perbankan syariah mencapai Rp20,1 triliun.
"Jumlah tersebut hanya mencakup 4,4 persen dari total seluruh simpanan masyarakat di Jatim," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: