Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Forextime: Dolar Menguat, Rupiah Tertekan

        Forextime: Dolar Menguat, Rupiah Tertekan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada hari Rabu kemarin (26/10/2016) melemah dengan kurs berkisar di Rp13.005.

        Research Analyst Forextime Lukman Otunuga menyatakan bahwa hal tersebut dikarenakan semakin besarnya ekspektasi peningkatan suku bunga Fed Desember ini. Menurutnya, walaupun potensi peningkatan suku bunga AS ini dipandang sebagai ancaman besar untuk pasar berkembang, prospek umum terhadap ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini tetap menjanjikan.

        Pasalnya, data domestik Indonesia terus menampilkan isyarat stabilitas ekonomi. Pemangkasan suku bunga acuan baru-baru ini menjadi 4.75% membuktikan komitmen Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

        "Kemudian, program amnesti pajak yang sukses besar di tahap pertama mendukung optimisme bahwa repatriasi aset akan membantu pemerintah untuk mengatasi defisit fiskal. Sentimen terhadap Indonesia terus membaik dan ini dapat mendukung peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (27/10/2016).

        Lebih jauh dijelaskan Lukman bahwa harga minyak mentah WTI merosot di hari Selasa ke bawah US$49,50 karena laporan menunjukkan persediaan AS meningkat sehingga kekhawatiran oversuplai serius pun kembali muncul.

        Aksi jual minyak diperkuat oleh kegelisahan karena Rusia tidak bergabung dengan upaya penanganan masalah suplai OPEC sehingga kesuksesan rapat mendatang di bulan November pun dipertanyakan. Setelah Iran, Nigeria, dan Libya, sekarang Irak meminta untuk dikecualikan dari kesepakatan pemangkasan level produksi. Tak heran, harga minyak semakin terperosok.

        "Semakin jelas, para anggota OPEC mengeksploitasi sensitivitas pasar untuk membuat lonjakan harga spekulatif. Tindakan ini dapat mengakibatkan konsekuensi serius apabila investor kembali dikecewakan pada rapat bulan November. Sentimen terhadap minyak tetap bearish karena ketidakpastian dan masalah oversuplai menjadi fondasi tegas bagi investor jual untuk terus menekan harga minyak di jangka pendek," ucapnya.

        Ia memandang adanya sensitivitas GBP terlihat jelas di pasar forex pada perdagangan hari Selasa dengan melemah lebih dari 1% menjelang testimoni Carney kemudian mengejutkan investor dengan memantul tinggi di pertengahan pidato Carney. Trader menduga penurunan Sterling disebabkan oleh komentar Menteri Keuangan Inggris Raya Phillip Hammond, namun kurangnya likuiditas dan nuansa pesimistis di tengah kekhawatiran tentang proses Brexit yang sulit mungkin juga memiliki peran penting dalam aksi jual ini.

        Di bulan Oktober, GBP mengalami depresiasi sekitar 6% terhadap USD dan diprediksi terus melemah karena masalah proses Brexit yang sulit berulang kali memicu aksi jual.

        "Kombinasi pelik antara ketidakpastian politik, kekhawatiran hilangnya akses Inggris terhadap pasar tunggal Eropa dan ketidakpastian masa depan ekonomi Inggris Raya setelah pengaktifan Pasal 50 menjadikan Sterling target empuk para investor jual," jelasnya.

        Adapun, USD melemah di awal perdagangan hari Rabu karena investor memanfaatkan data ekonomi AS yang lemah di hari Selasa untuk mengambil untung dari reli terkini mata uang ini. Keyakinan konsumen AS merosot dari 103.5 menjadi 98.6 di bulan Oktober. Ini memicu kekhawatiran bahwa sektor rumah tangga sedang waspada menjelang digelarnya Pemilihan Presiden AS mendatang.

        Walaupun rilis ekonomi kurang menggembirakan, sentimen bullish terhadap USD tidak berubah. Futures Fed Fund menampilkan probabilitas 78,5% untuk peningkatan suku bunga di bulan Desember. Perhatian investor akan terfokus pada laporan PDB AS Jumat ini. Data yang melampaui ekspektasi akan menjadi satu lagi faktor pendukung penting untuk peningkatan suku bunga Desember mendatang.

        Sementara, investor bullish memanfaatkan penghindaran risiko di hari Selasa untuk mengangkat harga menuju US$1.275. Terlepas dari peningkatan jangka pendek ini, emas tetap tertekan oleh meningkatnya harapan kenaikan suku bunga AS. Selain itu, USD yang menguat pun membatasi peningkatan harga emas. Koreksi teknikal saat ini pada rentang waktu harian dapat menjadi peluang bagi investor bearish untuk menyerang.

        "Dari sudut pandang teknikal, bears akan dapat mempertahankan kendali di bawah US$1.285 dan breakdown di bawah US$1.260 akan memicu penurunan lebih rendah lagi," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: