Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan? terus menggenjot tenaga kerja informal agar bisa menjadi peserta. Langkah yang dilakukan diantaranya mengadopsi ilmu dari Jepang yang dikenal memberikan proteksi lebih baik terhadap para pekerja di negaranya.
?Ada benchmark? dari Jepang namanya sharoushi dan? jimukumiai,?Kata Direktur Perencanaan , Pengembangan dan Manajemen Resiko BPJS Kesehatan , Mundiharno dalam seminar nasional ?Hasil Kajian Program JKN? di Yogyakarta, Kamis (17/11/2016).
Ia mengatakan Jepang menjalankan kedua sistem tersebut sejak tahun 1976 . Hingga kini tingkat akuisisi peserta jaminan sosial di Jepang mencapai 100%? Jimukumiai merupakan organisasi yang mempunyai perizinan dan sertifikasi untuk mengakuisisi peserta dan mengumpulkan iuran Jaminan Sosial di Jepang. Saat ini terdapat lebih dari 10 ribu Jimukumiai di seluruh penjuru Jepang.
Sementara Sharoushi adalah profesi ahli atau agen yang menjadi perpanjangan tangan dari Jimukumiai di Jepang untuk melakukan proses administrasi akuisisi kepesertaan sekaligus memberikan mediasi, advokasi dan informasi tentang program dan manfaat Jaminan Sosial dan Ketenagakerjaan.
Di Indonesia, BPJS Kesehatan akan? mengadopsi model bisnis ini dengan nama kader Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) .? Kader JKN sendiri merupakan kombinasi antara agen asuransi di komersial? dengan fasilitator program di pemerintah.
?Ada tiga tugas utama kader JKN, yakni? pertama sosialisasi dan pendaftaran, kedua pengumpulan iuran dan ketiga pendampingan layanan,? tambahnya. Saat ini? katanya sudah ada 1000 anggota yang terdaftar sebagai kader JKN
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Sucipto