Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Naik 10,6%, Aset BPR di Bali jadi Rp12,7 Triliun

        Naik 10,6%, Aset BPR di Bali jadi Rp12,7 Triliun Kredit Foto: Shutterstock via Traveloka
        Warta Ekonomi, Denpasar -

        Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali hingga September 2016 mencapai Rp12,7 triliun atau naik 10,6 persen dari posisi Desember 2015 sebesar Rp11,5 triliun.

        Kepala OJK Regional VIII Bali dan Nusa Tenggara Zulmi di Denpasar, Sabtu, menjelaskan bahwa aset BPR itu paling tinggi jika dibandingkan aset bank umum konvensional dan bank umum syariah di Pulau Dewata.

        Selama periode Desember 2015 hingga September 2016, BPR di Bali mencatatkan peningkatan aset sebesar Rp1,22 triliun.

        Jika dibandingkan dengan aset pada bulan September 2015 atau "year on year" (yoy), menurut dia, terjadi peningkatan sebesar Rp2 triliun atau 18,8 persen.

        Secara keseluruhan, total aset perbankan hingga September 2016 di Bali mencapai Rp110,8 triliun meliputi bank umum, bank syariah, dan BPR.

        "Jumlah itu juga melonjak 6,22 persen jika dibandingkan posisi Desember 2015 sebesar Rp104,3 triliun," ujarnya.

        Ia menjelaskan bahwa aset bank umum syariah melonjak 8,9 persen dari Rp1,6 triliun pada bulan Desember 2015 menjadi Rp1,7 triliun pada September 2016.

        Adapun aset bank umum konvensional naik 5,6 persen dari Rp91,2 triliun pada bulan Desember 2015 mencapai Rp96,3 triliun pada September 2016.

        Meski aset BPR paling tinggi, menurut dia, berbanding terbalik dengan kredit bermasalah. Misalnya, NPL (non-performing loan) pada bulan September 2016, BPR paling tinggi (5,75 persen) jika dibandingkan dengan NPL pada bulan Desember 2015 sebesar 2,69 persen.

        Ia mengingat kembali kepada perbankan agar lebih berhati-hati dan memperhatikan sektor-sektor yang mulai mengalami kejenuhan untuk dibiayai.

        "Sektor yang selama ini mengalami kejenuhan, di antaranya sektor properti, konstruksi, dan turunannya," kata Zulmi. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: