PT Angkasa Pura II harus mampu mendatangkan minimal tiga juta penumpang dalam satu tahun agar Bandara Radin Inten II Lampung yang akan segera dikelola bisa untung.
"Sebetulnya untuk bisa untung itu harus sampai tiga juta penumpang dalam setahun, Bandara Lampung ini masih di atas satu jutaan, jadi mungkin satu atau dua tahun pertama masih merugi," kata Head of Corporate Communications and Legal AP II Agus Haryadi saat dihubungi di Jakarta, Senin (21/11/2016).
Namun, Agus mengatakan potensi tersebut akan diantisipasi dengan pengembangan bandara secara cepat, terutama dari segi infrastruktur baik di sisi darat maupun di sisi udara.
Dia mengaku AP II tengah menyiapkan peta jalan pengembangan serta investasi Bandara Radin Inten II Lampung, di antaranya pembangunan landasan pacu dan terminal.
Saat ini tengah dilakukan pembangunan terminal baru bandara tersebut yang diharapkan mampu menampung lebih banyak penumpang dibanding terminal lama yang hanya mampu menampung 1,4 juta penumpang per tahun.
Gedung terminal juga dilengkapi gedung parkir tiga lantai yang mampu menampung 700 kendaraan roda empat, dengan fasilitas "sky bridge" (jembatan penghubung) yang dapat menghubungkan gedung parkir dengan gedung terminal.
Dengan infrastruktur yang sudah siap, Agus mengatakan pihaknya akan lebih siap untuk membuka rute baru guna mendongkrak jumlah penumpang tersebut.
"Nanti setelah itu diserahkan, kita akan hitung ulang prediksi ke depan untuk pembukaan rute baru dan asumsi jumlah penumpang, kami sudah siap," katanya.
Menurut Agus, dengan kondisi landasan pacu yang saat ini sudah bisa didarati oleh pesawat jet sekelas Boeing 737, maka pengembangan pun tidak akan sulit, seperti penambahan rute.
"Dibandingkan dulu saat regulasi itu masih berlaku bahwa penerbangan di bawah satu jam hanya boleh menggunakan pesawat baling-baling, sekarang Garuda, Sriwijaya sudah bisa mendarat," katanya.
Dia mengatakan nantinya bandara tersebut juga akan dikembangkan untuk bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar (wide body) sekelas Boeing 777 untuk dijadikan bandara embarkasi haji sesuai dengan permintaan Pemda.
"Tentunya harus berhitung dengan cermat karena membutuhkan landasan pacu yang lebih panjang dan lebar dan kami juga hitung potensi ekonominya kalau hanya digunakan setahun sekali," katanya.
Bandara Radin Inten II saat ini tengah dikembangkan, landasan diperpanjang hingga 3.000 meter yang dapat didarati pesawat jenis Airbus 330.
Agus menambahkan Bandara Radin Inten II Lampung juga akan dijadikan sebagai bandara penyangga Bandara Soetta, Tangerang.
Dia menuturkan bandara penyangga ini sangat penting kaitannya dengan antisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi di bandara hub (pengumpul), misalnya terkena bencana alam dan sebagainya.
Dari segi jarak, Bandara Radin Inten II juga dimungkinkan terkait kecukupan bahan bakar dan kesiapan pendaratan darurat serta fleksibilitas operasi karena statusnya sebagai bandara sipil.
Terkait tarif, baik itu pajak bandara (PSC) maupun tarif mendarat (landing fee), Agus mengatakan akan disesuaikan, terutama dengan fasilitas yang akan dikembangkan serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
"Semua ada rumusan strukturnya, dari konsumen ada masukan dari YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), kemudian meminta persetujuan dari Kemenhub, tentu kita memperhatikan etika bisnis, harga sesuai dengan fasilitas dan pelayanan," katanya.
Agus menyebutkan dari 13 Bandara yang dikelola oleh AP II, enam di antaranya masih merugi, di antaranya Bandara Aceh, Tanjung Pinang, Pangkal Pinang, Pontianak, Padang dan Silangit. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto