Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PKS Kecam Keras Pembunuhan Massal di Myanmar

        PKS Kecam Keras Pembunuhan Massal di Myanmar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) mengecam keras aksi penindasan dan diskriminasi yang dilakukan militer pemerintah Myanmar terhadap kaum minoritas Islam Rohingya di negara tersebut.

        "PKS mengecam tindakan kekerasan, pembunuhan massal, perampasan dan pengusiran terhadap etnis Rohingya yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan Militer Myanmar serta kelompok etnis Myanmar lainnya," kata Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (26/11/2016).

        PKS menilai, tindakan tersebut merupakan tragedi kemanusiaan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat Indonesia, negara-negara anggota ASEAN dan juga masyarakat internasional.

        Walaupun sebelumnya telah terjadi provokasi dari pihak-pihak yang mengklaim memperjuangkan hak-hak etnis Rohingya, respons pemerintah dan Militer Myanmar telah melampaui batas-batas yang wajar serta mengabaikan ketentuan-ketentuan internasional terkait perlindungan hak warga sipil dalam konflik bersenjata.

        Hal ini menyebabkan bertambahnya beban dan penderitaan etnis Rohingya berupa kehilangan nyawa, harta, rumah dan terusir dari tanah mereka, ujarnya menambahkan.

        Berdasarkan laporan-laporan yang diterima DPP PKS, disebutkan bahwa sejumlah desa dibakar dan menyebabkan ratusan jiwa tewas jika diakumulasi dengan peristiwa-peristiwa serupa pada tahun-tahun sebelumnya, serta ratusan ribu orang lainnya terusir dari kampung halaman dan hidup telantar sebagai pengungsi.

        "Kekerasan, pembunuhan massal, perampasan dan pengusiran tersebut di atas sesungguhnya telah dilaporkan, namun belum mendapat respons yang memadai dari pemerintah Myanmar, bahkan kualitas dan upaya perlindungan HAM bagi etnis Rohingya di Myanmar semakin memburuk," pungkas Sohibul Iman menegaskan.

        Peristiwa tersebut bermula dari rangkaian bentrokan yang kembali terjadi antara pasukan militer Myanmar dan sekelompok Muslim Rohingya di utara Rakhine pada akhir pekan lalu, menewaskan setidaknya 28 warga Muslim Rohingya serta dua tentara Myanmar.

        Rangkaian bentrokan kuat tersebut bermula pada Sabtu (12/11/2016) lalu, ketika militer melakukan operasi pembersihan di Rakhine dengan menyebabkan tewasnya 19 warga Rohingya akibat serangan pihak militer. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: