Republik Indonesia telah lama dikenal sebagai salah satu negara penyimpan tenaga geothermal atau panas bumi terbesar di dunia, bahkan diperkirakan sekitar 40 persen potensi panas bumi dunia ada di sini.
Pemerintah juga telah lama menggalakkan potensi pemanfaatan panas bumi, seperti pada Kongres Geothermal Dunia 2010, Presiden RI ketika itu, Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia akan memproduksi 9.000 megawatt (MW) dari energi panas bumi pada 2025.
Indonesia diperkirakan memiliki potensi panas bumi yang sangat besar yang mencapai sekitar 30.000 megawatt, namun yang baru dimanfaatkan saat ini hanya sekitar 1.500 MW.
Meski demikian, laporan bersama Bank Pembangunan Asia-Bank Dunia pada 2015 menyatakan untuk membuka potensi panas bumi seluas-luasnya, Indonesia membutuhkan sejumlah reformasi di sejumlah area kebijakan kunci yang diperlukan guna mengembangkan dan mempertahankan pengembangan sumber energi terbarukan tersebut.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan mengatakan badan usaha swasta diharapkan juga turut berpartisipasi dalam mengembangkan sumber energi panas bumi sebagai pembangkit listrik dalam upaya pemenuhan target 2.300 megawatt dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada 2025.
"Arahan Bapak Presiden itu partisipasi masyarakat dan swasta baik swasta nasional maupun swasta asing itu diharapkan. Jadi tidak tergantung pada APBN maupun bergantung pada BUMN semata," kata Jonan usai meninjau PLTP Lahendong di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, Sabtu (26/11/2016).
Partisipasi swasta dalam investasi di sektor pembangkit listrik, lanjut Jonan, juga untuk memenuhi proyek 35.000 megawatt. Namun untuk pembangkit berbasis panas bumi menurutnya memerlukan tantangan yang berbeda dibandingkan membangun pembangkit listrik jenis lainnya yang bisa ditentukan kapasitasnya.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar saat memberikan kuliah umum di Kampus ITB, Kota Bandung, Sabtu (12/11) mengatakan pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti energi panas bumi, angin, tenaga surya, dan sampah di Indonesia baru sekitar 4-5 lima persen.
Untuk itu, ujar dia, guna mencapai target 23 persen pemanfaatan energi terbarukan pada 2025 di Indonesia, pemerintah akan mendorong energi terbarukan masuk ke dalam energi "mixed" (gabungan).
Sejumlah pihak, seperti perusahaan pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) "Hivos" (Humanis Institute for Cooperation with Developing Countries) menyatakan bahwa pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki potensi panas bumi yang dapat dikembangkan.
"Pada 2015, kita sudah studi di pulau Flores untuk mencari tahu pengembangan EBT, dan Flores kami nilai memiliki potensi panas bumi yang dapat dikembangkan menjadi EBT," kata Manajer Proyek Energi Hijau Hivos Sandra Winarsa saat dihubungi, Senin (14/11/2016).
Hivos merupakan sebuah lembaga pembangunan internasional yang berbasis di Belanda yang mengupayakan solusi baru isu-isu global. Kegiatan lembaga ini sendiri mengembangkan 100 persen energi terbarukan yang berkelanjutan.
Dengan besarnya energi panas bumi itu, tidak heran bila Wakil Ketua DPR RI Agus Hermanto juga mendorong agar pengembangan itu dapat dimanfaatkan seluas-luasnya dan selaras dengan program listrik 35.000 MW pemerintah.
"Potensi yang besar tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung program prioritas pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW yang telah dicanangkan oleh pemerintah," tandas Agus Hermanto di Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Apalagi, Agus mengingatkan bahwa kebutuhan energi yang diperlukan di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: