Mantan Direktur Pertamina (Persero) Ari Soemarno menilai, keinginan pemerintah untuk menurunkan harga gas sangat sulit diwujudkan. Ia beralasan masih minimnya infrastruktur gas menjadi salah satu faktor penghambat penurunan gas.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, harga gas saat ini sangat tinggi dan harus segera ditekan. Sebagai perbandingan, harga gas di Indonesia tertinggi mencapai US$ 9,5 per mmbtu, bahkan US$ 11-12 per mmbtu.
?Penurunan harga gas tidak mudah. Harga gas itu tergantung dari biaya produksi dan kedekatan dengan sumber gasnya. Sementara di Indonesia lokasi sumber gasnya jauh-jauh yang membuat biaya produksinya tinggi,?Kata Ari di sela-sela seminar Indonesia Terang 2019 dengan Energi Terbarukan Ramah Lingkungan di Jakarta, Selasa (29/11).
Ari pun mengusulkan sebagai langkah jangka pendek dalam menurunkan harga gas yakni dengan mengorbankan pendapatan yang diterima negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas).
?Selama ini sumber daya alam migas bila dihitung-hitung sejak 50 tahun lalu sudah menghasilkan pendapatan bagi negara sekitar US$ 500 miliar. Tapi apa yang dapat kita? peroleh dari US$ 500? miliar itu? Selama ini anggaran? tersebut masuk ke dalam APBN yang digunakan untuk keperluan umum.? Cuma dana yang kembali lagi untuk mengembangkan infrastruktur atau industri miggas sangat kecil ,? paparnya.
Menteri Negara Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, pemerintah terus berupaya menurunkan harga gas industri pada awal tahun 2017. Ia mengatakan langkah itu sudah mulai menemui titik terang dengan ditetapkannya formula harga gas untuk industri petrokimia.
"Semua pihak sudah sepakat dengan harga gas untuk industri petrokimia sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No 40 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Dalam beleid itu, harga gas bagi sejumlah industri ditetapkan paling mahal US$ 6 per million metric british termal unit (mmmbtu), atau harga ditetapkan menteri ESDM bila melebihi USD6 per mmbtu,"Kata Jonan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait: