Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) optimistis pembangunan infrastruktur yang masif sebagai jalur arus pergerakan orang dan barang seperti bandara dan jalan tol dapat mendorong laju perekonomian Jawa Barat pada 2017.
"Pada tahun 2017 optimis, nasional optimis, kita juga optimis. Apalagi tahun sekarang 2016 pertumbuhan Jawa Barat lebih tinggi dari rata-rata nasional, berati kalau nasional optimis, kita juga optimis," kata Ahmad Heryawan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, di Bandung, Selasa (29/11/2016).
Ia menuturkan saat ini Pemprov Jawa Barat sedang menggencot sejumlah pembangunan infrastruktur seperti pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka, Bandara Citarate di Kabupaten Sukabumi.
Selanjutnya, Bandara Pameungpeuk di Kabupaten Garut, Bandara Wiriadinata di Kabupaten Tasikmalaya dan Bandara Nusawiru di Kabupaten Pangandaran serta pengembangan pariwisata di Ciletuh Pelabuhan Ratu, serta pembangunan sejumlah Pelabuhan baru di Jawa Barat.
"Apalagi nanti kan bandara akan jadi, Ciletuh di pariwisata, atau kawasan selatan kita ingin tumbuh juga, pertumbuhan di Patimban disebelah utara, di timur bandara, di sebelah sana Pelabuhan Ratu Ciletuh. Ini Insya Allah akan menjadi sesuatu yang menguntungkan kita karna denyut ekonominya akan tinggi, karna didorong oleh kawasan-kawasan yang punya kemajuan tersebut," kata dia.
Menurut dia, Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia yakni mencapai 47,4 juta jiwa pada tahun 2016 dengan pangsa 18 persen terhadap total penduduk nasional.
Sementara pangsa ekonomi Jawa Barat terhadap ekonomi nasional pada tahun 2015 menempati peringkat ketiga terbesar dengan pangsa sebesar 13,22 persen (yoy).
Aher mengungkapkan, kondisi perekonomian di Jawa Barat menurutnya baik, dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi di angka 5,03 persen yang tumbuh di atas Nasional.
"Kedua, pertumbuhan UMKM paling bagus, PDRB juga menjadi penyumbang ketiga setelah DKI dan Jawa Timur. Tadi saya katakan kalau industri manufakturnya dihitung di Jawa Barat, hitung-hitungan ekspor ? import nya hitung di Jawa Barat bukan dihitung di Tanjung Priok bisa jadi kita nomor satu, paling tidak nomor dua, kan gitu, okelah kita buktikan kalau sudah punya Patimban ya," kata dia.
"Kalau semua barang-barang yang kita miliki itu kemudian dicatat ekspornya di Patimban akan kita lihat pertumbuhannya nanti," katanya.
Pada saat yang sama menurutnya, pertumbuhan PMA di Jawa Barat terus meningkat khususnya di sektor industri pengolahan. Jabar menjadi salah satu tujuan investasi utama dengan pangsa terhadap nasional untuk PMA mencapai 20,4 persen dan PMDN mencapai 14,1 persen.
Namun di samping itu, ditengah tantangan perekonomian saat ini, tingkat kemiskinan di Jawa barat secara konsisten mengalami penurunan.
Menurut dia, data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2016, menunjukkan angka kemiskinan Jawa Barat mengalami penurunan hingga angka 8,95 persen, lebih baik jika dibandingkan dengan angka kemiskinan di akhir tahun 2015 yang mencapai 9,57 persen.
"Pada saat yang sama juga pertumbuhan perbankan syariah, menjadi perbankan yang terbukti paling tangguh ketika ada krisis ekonomi, ketika ada tekanan ekonomi. Kemudian investasi modal, khususnya PMA, kita nomor satu, PMDN kita nomor dua setelah Jawa Timur. Itu kan pertanda bahwa kita relatif bagus, tinggal tentu saja kita harus mengukur di lapangan pemerataannya dengan index gini rasio yang turun, kemiskinan turun," kata Aher.
Ke depan, kata Aher, dengan program-program, baik itu program advokasi, bantuan-bantuan sosial bagi mereka (penduduk miskin), maupun program perekonomian lewat mekanisme ekonomi, kemiskinan akan ditangani supaya denyut ekonomi membaik, sekaligus menyerap pengangguran.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Rosmaya Hadi mengatakan, ekonomi Jawa Barat ditopang tiga sektor utama, yaitu Industri Pengolahan dengan pangsa 43,03 persen, Perdagangan dengan pangsa 15,21 persen, dan Pertanian dengan pangsa 8,71 persen.
Sementara kata Dia, data PDRB kumulatif hingga triwulan III 2016 memperlihatkan bahwa lapangan usaha di Jawa Barat yang memberikan kontribusi besar terhadap nasional secara berturut ?turut adalah industry pengolahan (27,7 persen), jasa lainnya (15,1 persen), perdagangan (15,1 persen) serta transportasi dan pergudangan (14,9 persen).
"Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan pangsa industri pengolahan terbesar. Ha ini menunjukan peran penting Jawa Barat dalam mendorong akselerasi perekonomian nasional yang bernial tambah tinggi," kata Rosmaya. (Ant)
?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: