Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan pemerintah belum memerlukan bantuan internasional dalam penanganan pascagempa bumi berskala 6,4 skala Richter yang mengguncang Pidie Jaya.
"Pemerintah masih sanggup dalam menanganinya sehingga belum memerlukan bantuan internasional," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/12/2016).
Sutopo menjelaskan bahwa hingga saat ini juga belum ada inisiasi bantuan internasional. Jika pun nanti ada bantuan, nanti harus disesuaikan dengan regulasi yang ada.
"Jadi, nanti harus disesuaikan, tidak sembarangan saja dalam memberikan bantuan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bantuan yang ada di gudang relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan para korban gempa. Paling penting adalah bagaimana bantuan tersebut bisa merata.
Kendala utama yang dihadapi para korban gempa adalah air bersih.
"Kami juga akan menertibkan bantuan-bantuan yang ada di jalan-jalan," ujarnya.
Kebutuhan mendasar yang dibutuhkan, yakni sandang, pangan, tenaga medis, tenda pengungsi, dan tenaga sukarelawan untuk menyembuhkan trauma.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB.
Pusat gempa terjadi di darat (sesar Samalanga-Sipopok) melalui mekanisme gempa sesar mendatar dengan kedalaman 15 kilometer.
Gempa tersebut diperkirakan dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Pidie Jaya selama 15 detik, Kota Banda Aceh selama 5 detik, Kabupaten Aceh Besar selama 10 detik, dan Kabupaten Bireuen selama 10 detik.
Pencarian korban gempa terus dilakukan. Hal itu mengingat masih banyaknya reruntuhan di lokasi bencana.
Tim SAR gabungan memfokuskan pada lima titik yang berada di Kabupaten Pidie Jaya.
Tim SAR gabungan yang dipimpin oleh Basarnas berjumlah 484 personel. Tim Basarnas sendiri berjumlah 140 personel yang berasal dari beberapa wilayah, seperti Jakarta dan Jambi. Target utama pencarian reruntuhan pasar dan ruko di Mereudu.
Pencarian gedung menggunakan alat-alat berteknologi canggih, seperti "life locator", "life detector", "search cam", dan Pal CSSR. Selain itu, tim Jakarta Rescue menerjunkan dua anjing pelacak untuk membantu upaya pencarian di Mereudu.
Dalam operasi pencarian, tantangan dihadapi personel SAR ketika menemui reruntuhan berjenis pancake, biasanya pada bangunan bertingkat.
Hingga Kamis, Pos Komando Utama yang berlokasi di Pidie Jaya menyebutkan korban jiwa meninggal dunia yang teridentifikasi di Pidie Jaya 88 jiwa, Bireuen dua orang, dan Pidie dua orang, sedangkan korban luka berjumlah 589 jiwa dengan perincian luka berat 127 jiwa dan luka ringan 462. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: