Peneliti Utama Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB, Prof Sobir mengatakan pemerintah harus mengendalikan harga cabai, sehingga tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah.
"Pemerintah harus bisa menstabilkan harga cabai, agar semua 'happy' (senang), petani untung dan masyarakat tidak terbebani," kata Sobir, di Bogor, kemarin.
Sobir menjelaskan, ada 'pameo' yang menyebutkan harga cabai jangan terlalu murah. Karena jika harga cabai murah petani tidak mau menanam, maka ketika pasokan cabai berkurang harga melambung tinggi.
Sementara itu, ketika harga cabai tinggi, petani lantas beramai-ramai menanam, hingga pasokan membanjiri pasar, harga kembali jatuh. Siklus itu yang kini terjadi di Indonesia, saat harga jatuh, petani tidak mau menanam, saat harga tinggi petani banyak menanam, dan harga tidak berlangsung lama.
Menurutnya, pemerintah harus berupaya untuk membuat harga jangan saampai turun, karena yang dirugikan adalah petani.
"Pemerintah saat ini, lanjutnya, salah mengambil posisi, meminta Bulog menstabilkan harga cabai dan bawang merah. Sementara Bulog memperlakukan bawang merah dan cabai sama seperti mengendalikan harga beras dan jagung," katanya.
"Cabai dan bawang merah tidak bisa disamakan perlakuannya seperti beras dan jagung. Karena tidak bisa disimpan lama, cepat busuk," katanya.
Yang perlu dikembangkan oleh pemerintah untuk menjaga stabilitas harga cabai dan bawang merah di pasaran adalah, mengembangkan 'standding stock' berupa tanaman cabai dari perkebunan.
"Karena kalau stok cabai sudah ada di tengkulak, Bulog tidak perlu lagi menyimpan cabai dan bawang," katanya.
Ia mengatakan, Bulog dapat bekerjasama dengan PTPN untuk mengembangkan 'standding stock' di daerah. Untuk menjaga ketersediaan cabai nasional, lahan seluas 500 hektare sudah cukup untuk ditanami cabai dan bawang.
"Dengan adanya stok di alam, berupa tanaman cabai, Bulog bisa menstabilisasi harga," katanya.
Menurutnya, PTPN Jawa Barat dapat memulai langkah tersebut, dari 1500 hektare lahan yang dimiliki dapat dialokasikan untuk menanam cabai. Yang menjadi kendala, berdasarkan regulasi, PTPN diamanatkan menanam untuk perkebunan.
Langkah lainnya juga bisa ditempuh oleh Bulog dengan memanfaatkan badan usaha petani di desa-desa diberi tugas untuk menanam cabai dan bawang.
"Dan Bulog dapat mengambil cabai dan bawang dari petani. Jadi, petani untung, Bulog dapat stabilkan harga," katanya.
Harga cabai dan bawang di Kota Bogor mengalami kenaikan pada momen-momen tertentu seperti Ramadhan, hari besar keagamaan, akhir tahun, hingga saat harga bahan bakar naik.
Di Kota Bogor, kenaikan harga cabai dan bawang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan inflasi komulatif tahun 2016 tertinggi di Jawa Barat yakni 3,43 persen. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: