Ada beberapa negara kecil di dunia, namun punya prestasi membanggakan. Sebut saja Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan Israel. Mereka sama-sama terkepung musuh (baik secara militer maupun politis), dan punya senjata yang luar biasa: inovasi.
Tapi, di antara keempat negara tersebut Israel mempunyai kelebihan luar biasa: budaya entrepreneur. Inilah yang dijelaskan dengan baik dengan?bahasa yang cukup ringan dalam buku Start-Up Nation, Kisah Keajaiban Ekonomi dan Inovasi Israel.
Lalu, apa rahasia suksesnya? Menurut penulis Dan Senor dan Saul Singer ada beberapa faktor yang menjadi kunci kesuksesan Israel. Pertama, Israel adalah negara yang paling heterogen di dunia. Seperti dikatakan David McWilliams, "... Israel adalah panci peleburan monoteistik dari suatu diaspora yang membawa balik bersamanya kebudayaan, bahasa, dan kultur dari empat penjuru dunia."
Referensi sikap hidup dari berbagai penjuru dunia ini menghasilkan hal-hal terbaik yang dapat diimplementasikan di Israel. Bagi orang Israel pilihannya memang cuma satu, berbuat yang terbaik. Sebab musuh ada di sekeliling mereka. Kesalahan kecil saja dapat menjadi masalah fatal.
Faktor berikutnya yang sering disebut adalah industri militer dan pertahanannya yang telah menghasilkan perusahaan-perusahaan sukses. Yang tidak terduga, kehebatan militer Israel bukan hanya soal bakat, tapi "tentang keberanian, tentang ketidakpuasan dalam mempertanyakan otoritas dan ketegasan untuk bersikap informal.."
Karena ada wajib militer maka orang Israel akan menguasai keterampilan dan disiplin militer. Sementara kultur "berani bertanya bebas kepada atasan" membuat mereka kritis dan inovatif. Maka, ketika seorang prajurit harus bertindak tanpa atasan, mereka punya rasa kemandirian untuk bertindak.
Kombinasi inilah yang ternyata menumbuhkan budaya inovasi dan kewirausahaan. Sebagaimana dikatakan pemenang hadiah Nobel Robert Solow, inovasi teknologi adalah sumber mutakhir dari produktivitas dan pertumbuhan. Ekonomi maju secara konsisten akibat inovasi yang lahir dari perusahaan-perusahaan start-up (rintisan). Nah, kondisi inilah yang terjadi di Israel.
Ini tidak berarti Israel imun dari kegagalan. Tapi, budaya dan regulasi Israel mempunyai obatnya: kalau gagal, Anda harus masuk kembali ke dalam sistem untuk secara konstruktif belajar dari kegagalan mereka untuk mencoba kembali. Bukan meninggalkan mereka secara permanen dalam keadaan terstigma dan terpinggirkan.
Sikap inilah yang membuat iklim wirausaha tumbuh subur di Israel sebab kegagalan berusaha bukan dosa. Yang penting bangkit lagi dan belajar dari kesalahan lalu.
Secara politis Israel memang banyak dimusuhi penduduk Indonesia yang mayoritas Muslim, tapi kita bisa belajar bisnis dari siapa saja, bahkan dari musuh kita. Apa yang bisa didapat dari sini? Indonesia perlu terus menciptakan iklim kewirausahaan yang inovatif dan kondusif, termasuk mengangkat yang gagal agar bangkit kembali. Seperti kata pengusaha tangguh: Kalau Anda jatuh lima kali maka Anda harus bangkit enam kali.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Muhamad Ihsan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: