Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemarau Basah Bikin Cabai jadi Penyumbang Terbesar Inflasi

        Kemarau Basah Bikin Cabai jadi Penyumbang Terbesar Inflasi Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Beberapa komoditas masih dominan memberikan andil/sumbangan inflasi selama tahun 2016. Beberapa komoditas pangan itu diantaranya cabai merah yang menyumbang inflasi volatile food sebesar 0,35%; bawang merah sebesar 0,17%; bawang putih sebesar 0,11% dan beberapa komoditas lainnya. Dengan begitu untuk keseluruhan tahun 2016, inflasi volatile food mencapai 5,92% (yoy). Inflasi komponen ini terutama bersumber dari komoditas telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, beras, dan bawang putih.

        Ketua Umum Asosiasi Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) Afrizal Gindow mengakui cabai dan bawang memang berpengaruh besar terhadap inflasi Indonesia. "Cabai dan bawang mempengaruhi langsung inflasi, harga Rp90 ribu dinamika ekonomi gonjang ganjing, makanya kementerian perdagangan dan pertanian mulai duduk bareng, sudah mau impor lagi," ujar Afrizal dalam media briefing di Jakarta, Rabu (4/1/2017).

        Menurutnya masih tingginya kontribusi komoditas pangan seperti cabai merah disebabkan tahun lalu Indonesia dilanda kemarau basah atau fenomone yang disebut la nina, sehingga produksi benih dan pasokan cabai berkurang. "Tanaman cabai ada yang nggak panen, layu, hujan terus menerus saja, banyak terkena penyakit jamur atraknos, berdampak pada supply. Itu yang mendrive pemerintah buat pernyataan, penentu inflasi cabai dan bawang," jelas dia.

        Selain itu, ketidakkompakan petani juga menyebabkan harga cabai berfluktuatif sehingga berdampak pada inflasi. "Tanam cabai jangan jadi euphoria, ikut-ikutan. Biasa tanam bawang atau timun balik ke tanaman cabe, membuat harga fluktuatif. Faktor ketidakkompakan petani kita dalam merotasi tanaman kami himbau petani tidak ikut-ikutan," imbuhnya.

        Untuk tahun ini, dia memperkirakan fenomena la nina masih akan mempengaruhi produksi cabai. "2017 masih banyak pertanyaan yang akan terjadi, banyak menduga iklim kemarau basah masih terjadi. Sehingga benihnya makin berkurang," tutupnya.



        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Sucipto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: