Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar mengklaim daerahnya bebas dari virus antraks yang kini mengancam sejumlah daerah di Jawa.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan (DKP3) Makassar Andi Herliani seusai menggelar inspeksi mendadak alias sidak di tiga lokasi, baik itu pasar tradisional maupun pasar modern, Makassar, Kamis (26/1/2017).
"Hasil sidak tadi kesimpulannya tidak didapati virus antraks. Sampel daging yang dijual di pasar sudah kita periksa di laboratorium mini. Sepanjang 2016 lalu, Makassar juga terbebas dari virus antraks dan semoga bisa dipertahankan," kata Herliani.
Adapun, petugas DKP3 bersama Satpol PP dan MUI melakukan sidak di Pasar Sambung Jawa, Pasar Pabaeng-baeng, dan Lottemart. Petugas gabungan masih akan melakukan pemeriksaan fisik sapi di Makassar pada sore nanti.
Herliani mengatakan bahwa di lingkup Sulsel, virus antraks sempat ditemui di Kabupaten Pinrang pada 2016. Namun, penyebarannya kecil dan hanya di lingkup daerah itu saja. Herliani menuturkan pihaknya membentengi Makassar dengan berbagai langkah strategis. Selain mengintensifkan sidak ke pasar, pihaknya rutin melakukan sosialisasi ke masyarakat.
"Kami juga melakukan vaksinasi untuk memastikan hewan tidak terkena antraks," tuturnya.
Upaya lain, menurut Herliani, pihaknya sangat selektif terkait lalu-lintas hewan yang masuk ke Makassar. Ditegaskannya, hewan dari daerah lain yang masuk ke Kota Daeng harus dilengkapi dokumen yang lengkap, termasuk keterangan kesehatan hewan.
"Kami menaruh perhatian terhadap pengawasan produk peternakan untuk memastikan daging sapi, kerbau, dan ayam layak konsumsi dan terbebas dari virus apapun," ucap Herliani.
Dokter hewan, Rudi, yang ikut melakukan sidak di tiga pasar menyampaikan pihaknya melakukan serangkaian pengujian untuk memastikan daging yang dijual pedagang terbebas dari virus antraks di antaranya uji keasaman atau PH, uji eber, dan uji formalin. Adapun, untuk daging olahan, pihaknya melakukan uji boraks.
"Kita lihat dari berbagai aspek, termasuk warna dan kekenyalan daging. Kita pastikan tidak ada pembusukan," ucap dia.
Rudi menerangkan ciri hewan yang terjangkit virus antraks yakni warna dagingnya pucat karena darahnya cair. Lalu, limpah hewan itu bengkak. Dari sisi fisik, lanjut Rudi, hewan yang terkena virus antraks akan tampak lesu dan mengalami demam. Menurutnya, virus antraks masih bisa disembuhkan bila ditangani lebih awal.
Perwakilan dari LPPOM MUI Sulsel, Wahyu Suhaji, mengatakan partisipasi pihaknya dalam sidak tersebut merupakan bentuk kepedulian untuk memastikan daging yang dikonsumsi masyarakat itu halal. MUI senantiasa mengingatkan pemerintah agar tidak sebatas menjaga ketersedian daging, tapi juga memastikan prosesnya halal.
"Tidak ada gunanya tercukupi kalau ternyata bangkai," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: