Perekonomian global masih diliputi dengan ketidakpastian utamanya pasca-terpilihnya Donald Trump menjadi presiden ke-45 Amerika Serikat (AS). Untuk itu, Bank Indonesia (BI) terus mencermati setiap kebijakan yang akan diterapkan Presiden AS Donald Trump, terutama terkait fiskal dan perdagangan.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan tantangan perekonomian dalam negeri masih berasal dari global di mana terjadi peningkatan ketidakpastian setelah terpilihnya Trump menjadi Presiden AS?.
"Tantangan global terkait kebijakan ekonomi Trump, apakah kebijakan yang dikampanyekan akan dilakukan?nya atau tidak? Kami menunggu kebijakan fiskal dan perdagangan," tutur Juda di Jakarta, Selasa (31/1/2017).
Terkait fiskal, Trump dalam kampanyenya akan memangkas pajak pribadi dari tujuh golongan dengan tarif antara 10 persen hingga 40 persen menjadi tiga golongan berkisar 12 persen sampai 33 persen. Kemudian untuk pajak korporasi, Trump akan memangkasnya dari sebelumnya 35 persen menjadi 15 persen guna menahan dana-dana perusahaan AS bertahan di negeri Paman Sam.
"Ini ada risiko yang cukup besar, kebijakan yang agresif ini merupakan sebuah resep penguatan dolar AS," ungkap Juda.
Sementara sisi positif dari Trump, kata Juda, yaitu mampu mendongkrak harga komoditas seperti batu bara yang telah naik 50 persen dari awal kuartal III-2016 hingga akhir tahun kemarin.
"Ini berita baiknya, ini peluang tapi apakah ini berlangsung lama atau tidak, atau ini naik hanya karena penurunan produksi batu bara di China," papar Juda.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: