Peluncuran satelit Telkom 3S milik PT Telkom Tbk (Persero) yang dijadwalkan pada 15 Februari 2017 di Guyana Space Centre, Guyana Prancis, dinilai berdampak positif bagi perekonomian nasional khususnya di sektor pariwisata dalam program pengembangan 10 destinasi wisata yang digalakkan pemerintah.
"Saya mengapresiasi peluncuran satelit Telkom 3S, karena menjadi salah satu solusi bagi pengembangan pariwisata nasional. Semoga peluncuran satelit Telkom 3S dapat berjalan lancar," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, di Jakarta, Selasa (7/2/2017).
Menurut Arief, secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi-potensi wisata di ribuan pulau yang saat ini belum terjangkau infrastruktur telekomunikasi dan internet secara maksimal.
"Dengan akses internet yang semakin luas menjangkau seluurh pelosok nusantara, maka sektor pariwisata diyakini bisa terus digenjot dari saat ini sebagai penyumbang devisa ke-empat terbesar bagi perekonomian secara nasional," tegas Arief yang juga mantan Direktur Utama Telkom periode 2012-2014 ini.
Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono menilai peluncuran dari Satelit T3S oleh Telkom sebagai bagian dari upaya menegakkan kedaulatan digital Indonesia.
"Indonesia dengan kondisi geografis kepulauan sulit untuk dijangkau tanpa infrastruktur satelit. Faktanya saat ini lebih dari 50 satelit asing yang footprint-nya masuk wilayah kedaulatan Indonesia dibandingkan satelit milik perusahaan Indonesia yang hanya 10 persen. Satelit T3S akan memperbaiki aspek cakupan, kapasitas, dan kualitas layanan," kata Kristiono.
Menurut catatan, peluncuran satelit T3S akan dilakukan dari Kourou, French Guiana pada 14 Februari waktu setempat atau 15 Februari 2017 WIB.
Saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 100 transponder satelit, baik komunikasi maupun penyiaran nasional, sehingga untuk ntuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus menggunakan satelit asing. Alhasil, puluhan satelit asing beroperasi di Indonesia.
Permohonan hak labuh (landing right) satelit negara lain di Indonesia hingga semester I 2016 telah mencapai 31 permohonan, meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan permohonan pada semester I 2015.
Sebelumnya, Direktur Network, IT, & Solution Telkom, Abdus Somad Arief memprediksi kebutuhan bandwidth satelit terus meningkat, walaupun di sisi lain jaringan tulang punggung pita lebar berbasis serat optik terus dibangun oleh Telkom dan operator lainnya bahkan oleh negara melalui proyek Palapa Ring.
"Penyebabnya karena kita ini negara kepulauan yang sangat besar dan luas," katanya.
Dijelaskannya, kehadiran satelit T3S akan membuat slot orbit 118 derajat Bujur Timur yang ditempatinya menjadi optimal karena membawa transponder yang bermain di Standard C-Band, Extended C-band, Ku-band dan Extended Ku-band.
"Semua spektrum di slot itu kita optimalkan. Kehadiran satelit T3S juga otomatis akan menambah kapasitas satelit domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap satelit asing," kata Abdus Somad. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil