Pelaku usaha di bidang perhiasan emas mengakui belum mampu memenuhi tingginya kebutuhan perhiasan emas oleh masyarakat. Apalagi, menjelang hari besar keagamaan di mana permintaan akan perhiasan emas cukup tinggi.
"Industri perhiasan emas sendiri belum mampu mencukupi permintaan, khususnya hari raya di mana kebiasaan orang membeli perhiasan emas. Di situ biasanya etalasenya kosong. Kemampuan untuk produksi atau suplai perhiasan emas untuk mereka kita mengalami kekurangan," kata Komisaris Utama PT Hartadinata Abadi Ferriyady Hartadinata di Jakarta, Senin (20/2/2017).
Meski begitu, Ferri optimis bisnis perhiasan emas tahun ini akan tetap tumbuh sekitar 15-20%. Ia pun berharap kondisi politik dan ekonomi akan turut mendukung tercapainya target pertumbuhan tersebut.
"Pertumbuhan bisnis perhiasan emas di Indonesia yang saya jalani merupakan suatu pertumbuhan yang sangat luar biasa. Ini tercermin dalam kapasitas produksi kami. Dari tahun 2003 hingga saat ini pertumbuhan dari pabrik kami 20-30%. Dengan market share kami sekitar 10% dari total penjualan," tambahnya.
Sementara itu, Perwakilan Euromonitor International Jasmine Seng mengungkapkan industri perhiasan dalam negeri diprediksi bakal tumbuh 7,8% selama kurun waktu 2016-2021. Studi lembaganya mengungkapkan industri perhiasan sepanjang 2016 tumbuh 13% atau senilai Rp21 triliun. Untuk tahun ini, pertumbuhan industri tersebut diyakini kian meningkat, ditopang permintaan pasar yang menunjukkan tren kenaikan.
Ia mengungkapkan kendati kinerja perekonomian tahun lalu lesu, industri perhiasan? tetap berkilau. Hal ini disebabkan dorongan status sosial yang mendorong masyarakat berbelanja perhiasan.
"Di pihak lain, banyak pihak yang membeli perhiasan dilatarbelakangi oleh motivasi untuk berinvestasi dan mengikuti tren fesyen terkini," ungkap Jasmine.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: