Rasio kredit bermasalah atau nom performing loan (NPL) perbankan tanah air diprediksi bakal kembali turun. Mulai membaiknya harga komoditas dan juga perbaikan kondisi ekonomi akan menjadi katalis positif bagi kualitas kredit industri perbankan hingga akhir tahun ini.
Ekonom DBS Gundy Cahyady mengatakan saat ini laju pertumbuhan NPL mengalami tren penurunan. Hal tersebut terlihat dari menyusutnya laju NPL di akhir tahun 2016 lalu menjadi 25%. Padahal di awal tahun lalu pertumbuhan NPL masih berada di level 30%, bahkan pernah mencapai 35% di 2015.
"Laju pertumbuhan NPL akan turun karena ditopang oleh pertumbuhan ekonomo yang membaik. Ditambah, masalah utama NPL adalah komoditas, sekarang harga komoditas juga sudah mulai membaik," katanya di Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Turunnya NPL akan dibarengi dengan peningkatan volume kredit. Pada tahun ini DBS memprediksi pertumbuhan kredit dapat mencapai angka 12%, lebih tinggi dari pertumbuhan kredit di 2016 lalu yang hanya mencapai 8%.
Gundy menambahkan turunnya rasio kredit bermasalah akan meningkatkan peringkat Indonesia. Sebagai catatan, pada juni tahun lalu, lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) mempertahankan credit rating Indonesia pada level BB+/positive outlook.
"Tahun lalu credit rating kita tetap, karena pertumbuhan NPL masih cukup tinggi, mereka khawatir itu akan mempengaruhi ekonomi kita. Tahun ini? mungkin akan terjadi upgrade dari S&P," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Sucipto
Tag Terkait: