Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tenggara, menilai tekanan inflasi daerah yang terjadi di Sulawesi Tenggara selama 2016 dipengaruhi faktor cuaca.
"Tekanan inflasi selama 2016 masih berasal dari terganggunya pasokan ikan segar dan komoditas hortikultura karena faktor cuaca," kata kepala perwakilan BI Sultra, Minot Purwahono di Kendari, Rabu (1/3/2017).
Faktor lain kata dia, karena adanya penyesuaian tarif angkutan udara dan tarif tenaga listrik.
"Sementara itu inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar 2,6 persen year on year mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,28 persen year on year," katanya.
Menurutnya, penurunan inflasi tersebut bersumber dari penurunan tekanan harga kelompok bahan pangan beserta kelompok transportasi komunikasi dan jasa keuangan.
"Apabila melihat perkembangan inflasi bulanannya, inflasi tertinggi selama tahun 2016 terjadi pada bulan Januari sebesar 1,41 persen," katanya.
Sementara deflasi tertinggi kata Minot, terjadi pada bulan april 2016 sebesar -0,66 persen.
Dijelaskan, angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh kantor perwakilan Bi Sultra berdasarkan data indeks harga konsumen Kota Kendari dan kota Baubau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
"Secara data spesial inflasi Kota Kendari meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, sementara inflasi kota Baubau justru mengalami penurunan," kata Minot. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: