Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Anggota DPR Harap WTO Prioritaskan Negara Berkembang

        Anggota DPR Harap WTO Prioritaskan Negara Berkembang Kredit Foto: Wto.org
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) diharapkan dapat melahirkan kebijakan yang lebih memprioritaskan pembangunan aktivitas perekonomian dan peningkatan kesejahteraan di masyarakat negara-negara berkembang.

        "Kami mengharapkan anggota WTO dapat menunjukkan fleksibilitas dan pragmatis, serta mengutamakan kebutuhan negara berkembang untuk mengakselerasi pembangunan," kata Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Nurhayati Ali Assegaf dalam rilis di Jakarta, Rabu (15/3/2017).

        Politisi Partai Demokrat itu juga mengemukakan, DPR RI juga menyambut baik diimplementasikannya Trade Facilitation Agreement (TFA) sejak 22 Februari 2017.

        Ketua BKSAP menyampaikan, perkembangan tersebut membuktikan bahwa walaupun sulit untuk mencapai kesepakatan dalam forum multilateral, WTO mampu memberikan perubahan.

        Sementara itu, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menginginkan Kementerian Perdagangan dapat memanfaatkan dengan maksimal mekanisme perdagangan internasional dalam rangka menurunkan harga sejumlah komoditas bahan pangan di Tanah Air.

        "Pada kenyataannya, produsen lokal belum mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan dengan jumlah dan kualitas yang sesuai dengan permintaan konsumen," kata Peneliti bidang Perdagangan dan Kesejahteraan Rakyat CIPS Hizkia Respatadi, Sabtu (25/2).

        Menurut Hizkia, sangat disayangkan bila pemerintahan Presiden Joko Widodo terutama Kementerian Perdagangan masih mengabaikan potensi perdagangan internasional dalam upayanya menurunkan harga dan mencapai ketahanan pangan.

        Dia berpendapat, selama ini pemerintah hanya berfokus kepada kompleksnya rantai distribusi dalam negeri, namun tidak membahas bahwa pasokan bahan pangan oleh produsen lokal belum mampu mencukupi kebutuhan konsumen.

        Hizkia menyatakan, membuka diri terhadap perdagangan internasional melalui mekanisme yang transparan akan memperbesar akses pada pasokan bahan pangan yang pada akhirnya dapat menurunkan harga di tingkat konsumen.

        Sebelumnya, WTO pada Selasa (14/2), dalam "World Trade Outlook Indicator (WTOI)", menyatakan bahwa pertumbuhan perdagangan global akan terus meningkat secara moderat pada kuartal pertama 2017 setelah menguat di kuartal terakhir tahun lalu.

        Sebagaimana dikutip dari kantor berita Xinhua, dengan angka saat ini 102,0, poin-poin WTOI di atas tren pertumbuhan perdagangan pada Februari-Maret. WTOI telah meningkat lebih lanjut di atas tren sejak rilis terakhir tiga bulan yang lalu, ketika indikator berdiri di 100,9 pada November 2016.

        Menurut statistik WTO, indikator yang terkait dengan perdagangan termasuk angkutan udara, penjualan mobil, pesanan ekspor dan pengiriman kontainer semuanya mencatat kenaikan yang mantap dalam beberapa bulan terakhir, menandakan pertumbuhan yang lebih cepat dalam volume perdagangan barang di beberapa bulan pertama tahun ini. Namun, perdagangan elektronik dan bahan baku pertanian keduanya sedikit di bawah tren.

        WTOI adalah indikator utama perdagangan dunia, yang dirancang untuk memberikan informasi "real time" tentang lintasan perdagangan barang tiga sampai empat bulan menjelang statistik volume perdagangan. WTOI menggabungkan beberapa indeks terkait perdagangan menjadi indikator komposit tunggal untuk mengukur kinerja jangka pendek terhadap tren jangka menengah.

        Angka 100 dalam WTOI menunjukkan pertumbuhan perdagangan sejalan dengan tren, sementara angka lebih besar atau kurang dari 100 menunjukkan di atas atau di bawah tren pertumbuhan. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: