Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Penurunan NPL BTN Patut Diapresiasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

        Penurunan NPL BTN Patut Diapresiasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Keberhasilan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menurunkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) hingga akhir tahun 2016 menjadi sekitar 2,8% diapresiasi berbagai kalangan. Apalagi penurunan terjadi saat kondisi perekonomian Indonesia yang belum membaik yang membuat sejumlah bank mengalami kenaikan NPL.

        "Perlu etos kerja yang sangat tinggi terutama dalam menekan NPL. Sementara banyak bank NPL-nya naik, BTN malah turun. Ini patut diapresiasi," ujar pengamat perbankan Deni Daruri di Jakarta, Jumat (17/3/2017).

        Deni mengatakan, keberhasilan manajemen BTN perlu diapresiasi karena penurunan NPL akan menjadikan bank semakin efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas perseroan. Hal ini merupakan prestasi luar biasa karena selama ini belum pernah terjadi NPL BTN di bawah 3.

        "Kita harus berikan award untuk manajemen atas usaha yang telah dilakukan selama ini," jelasnya.

        Menurut dia, sangat sulit dalam mengelola NPL bank yang fokus di perumahan, apalagi perumahan rakyat. Perlu orang yang tepat dalam mengelola NPL yang tadinya tinggi menjadi turun.

        Seperti diketahui NPL BTN pada akhir 2016 sekitar 2,84%. Angka tersebut turun drastis dibandingkan posisi pada 2012 yang 4,09%, 2013 sebesar 4,05%, 2014 sebesar 4,01%, dan 2015 sebesar 3,42%.

        Sementara tahun 2016 lalu BTN mencatat penyaluran kredit naik sebesar 18,34% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp138,95 triliun pada akhir 2015 menjadi Rp164,44 triliun di Desember 2016. Posisi pertumbuhan tersebut berada di atas rata-rata industri.

        Kredit yang menempati 89,97% porsi pinjaman di Bank BTN ini naik 18,43% yoy dari Rp124,92 triliun di akhir 2015 menjadi Rp147,94 triliun di periode sama tahun lalu. Kemudian, pertumbuhan terbesar di segmen ini berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang naik 30,57% yoy dari Rp43,52 triliun pada akhir Desember 2015 menjadi Rp56,83 triliun di Desember 2016.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Dewi Ispurwanti

        Bagikan Artikel: