PT Blue Bird Tbk (BIRD) membukukan laba bersih sebesar Rp510 miliar pada neraca keuangan tahun 2016. Laba tersebut mengalami penurunan sebesar 38,2% dibandingkan perolehan laba serupa pada 2015 yang membukukan angka Rp826,1 miliar.
"Penurunan laba perusahaan tersebut salah satunya disebabkan persaingan bisnis taksi yang tidak fair antara taksi reguler dan taksi online," ujar Direktur Keuangan Blue Bird Michael Tene?yang juga merupakan Head of Investor Relations.
Meski mengalami penurunan, ia ?menegaskan secara keseluruhan kinerja perusahaan masih bagus dengan tetap dibukukannya pendapatan. Ia menjelaskan pendapatan perusahaan mengalami pukulan berat memasuki triwulan pertama dan kedua tahun 2016 lalu.
Di kedua periode tersebut, selain adanya persaingan yang ketat antara taksi reguler dan taksi berbasis aplikasi juga pada Maret 2016 BIRD sempat menurunkan tarif taksi reguler yang lalu dikoreksi (adjustment) pada Juli 2016.
Dengan langkah koreksi tarif taksi tersebut dan sejumlah langkah inisiatif yang bersifat crash program seperti efisiensi di semua lini bisnis perusahaan dan optimalisasi utilisasi armada BB, kondisi keuangan pada kuartal III & IV 2016 mulai memperlihatkan indikasi perbaikan yang cukup signifikan.
"Langkah-langkah efisiensi perusahaan dan optimalisasi utilisasi armada taksi dan bis serta pencanangan program strategis ke depan berhasil memperbaiki kinerja keuangan perusahaan pada semester kedua tahun 2016," ungkapnya.
BIRD juga telah membentuk Transformation Office yang mengkaji rencana transformasi perusahaan dengan perkembangan pasar yang begitu cepat.
Penopang utama sumber pendapatan BIRD masih dipasok dari operasional taksi reguler sebesar 70,8%; disusul rental bis Big Bird 10,8%; taksi reguler Silver Bird 5,7%; dan penyewaan kendaraan lainnya 5,3%. Untuk mendongkrak pendapatan perusahaan pada 2017 ini, pihak BB fokus pada upaya peningkatan utilisasi armada khususnya taksi reguler BB dari saat ini hanya 70% bisa naik lagi. Namun begitu, Michael Tene belum berani memperkirakan sampai di angka berapa target utilisasi armada taksi reguler tersebut.
Pada 2016 lalu perusahaan tidak mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) seperti untuk belanja armada kendaraan baru dikarenakan kondisi pasar sedang mengalami kelesuan akibat persaingan yang ketat dengan taksi online.
"Ekspansi armada baru bukanlah langkah tepat di tengah kondisi persaingan bisnis angkutan taksi yang semakin ketat," tandas Michael Tene.
Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan pada 2017, selain upaya optimalisasi utilisasi armada taksi dan bis, BIRD juga mengkreasi bisnis baru masih di bidang transportasi dengan membuka dua layanan baru. Kedua layanan baru tersebut BIRD Jalan-Jalan dan layanan shuttle bis dari daerah pinggiran Jakarta ke pusat kota.
Produk baru layanan sewa bis bertajuk Jalan-Jalan melayani rute Jakarta-Bandung pulang-pergi (PP), Jakarta-The Jungleland PP, dan Jakarta-Cirebon PP dilakukan pada setiap akhir pekan. Sedangkan khusus untuk layanan Jakarta-Yogjakarta PP berdurasi lima hari ini dilakukan tergantung pesanan. Layanan baru ini dibuka guna optimaliasi armada bis BIRD di luar hari kerja yang banyak disewa oleh sekolah-sekolah asing seperti The Jakarta International School, The Japan School, dan lainnya.
Sedangkan layanan shuttle bis diujicobakan pada daerah-daerah pinggiran Jakarta seperti dari Bumi Serpong Damai (BSD) ke kawasan Sudirman di Jakarta, begitu pula dari Bintaro, Cibubur, dan Bekasi.
Laporan: Heriyanto Lingga
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: