Kredit Foto: Wikimedia.org
Bank Pembangunan Asia (ADB) memproyeksikan peningkatan investasi swasta, kinerja ekspor dan belanja infrastruktur tinggi bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2017 sebesar 5,1 persen dan pada 2018 sebesar 5,3 persen.
"Investasi, perdagangan dan konsumsi yang membaik akan mendukung Indonesia dalam mendapatkan momentum lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi," kata Kepala Perwakilan ADB Indonesia Winfried Wicklein dalam pemaparan di Jakarta, Kamis (6/4/2017).
Winfried mengatakan untuk mencapai jalur pertumbuhan yang berkelanjutan, Indonesia membutuhkan berbagai upaya untuk memperbaiki sarana infrastruktur, memperdalam reformasi struktural dan mengatasi kesenjangan dalam pasar tenaga kerja.
"Tantangan kebijakan selanjutnya adalah untuk menutup 'skill gap', dengan mendorong perbaikan di tingkat pendidikan dan melanjutkan reformasi dalam pelatihan tenaga kerja," katanya.
Dalam laporan ekonomi tahunan ADB terbaru yang bertajuk Asian Development Outlook (ADO) 2017, ADB memperkirakan adanya peningkatan konsumsi rumah tangga yang didukung oleh pemulihan harga komoditas, peningkatan alokasi dana desa maupun kenaikan upah minimum.
Selain itu, investasi swasta juga diperkirakan mengalami kenaikan setelah ekspor komoditas mulai meningkat serta reformasi struktural mampu menghilangkan hambatan berusaha dan membuka beberapa sektor baru bagi investasi asing.
Kinerja perdagangan Indonesia seperti ekspor terbantu oleh membaiknya harga komoditas internasional. Sedangkan impor diperkirakan tumbuh, meski dengan laju yang lambat, karena didukung oleh peningkatan permintaan domestik.
Perbedaan ini bisa menurunkan defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan mencapai 1,7 persen terhadap PDB pada 2017. Selain itu, meningkatnya pertumbuhan dan membaiknya harga komoditas bisa meningkatkan tingkat inflasi rata-rata 4,3 persen.
Risiko yang dapat mempengaruhi proyeksi ini adalah kemungkinan lambatnya pelaksanaan reformasi kebijakan, kurangnya pendapatan fiskal, ketidakpastian atas kebijakan perdagangan di negara maju dan pemulihan yang melambat di negara mitra dagang utama.
Publikasi ini juga mencatat pemerintah Indonesia telah memiliki fokus yang kuat dalam mendorong reformasi di pembangunan infrastruktur, yang bisa mendorong investasi dan diversifikasi kegiatan ekonomi dalam jangka menengah panjang.
Laporan ini ikut mengidentifikasi kesenjangan keahlian yang bisa menjadi hambatan besar bagi Indonesia dalam merealisasi potensi pertumbuhan ekonomi.
"Perlu dilakukan upaya yang berfokus pada strategi untuk memobilisasi sumber daya pemerintah dan swasta bagi pendidikan dan pelatihan, serta meningkatkan efisiensi belanja di sektor pendidikan publik," tambah Wicklein.
Untuk itu, kerja sama dengan sektor swasta sangat diperlukan agar para lulusan dapat memenuhi standar keterampilan yang dibutuhkan dan terus berubah, seiring dengan pergerakan Indonesia menuju negara berpenghasilan menengah tinggi.
Secara umum, pencapaian pendidikan di Indonesia telah meningkat, namun lebih dari setengah seluruh tenaga kerja belum menuntaskan sekolah menengah atas, dan satu dari empat pemuda belum menyelesaikan pendidikan 12 tahun.
Dengan demikian, mutu pendidikan dan ketidakcocokan antara keahlian yang dimiliki para lulusan dengan kebutuhan di lapangan pekerjaan perlu mendapatkan perhatian khusus. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: