Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tiga Pelajaran Penting dari Dinamika Ekonomi 2016

        Tiga Pelajaran Penting dari Dinamika Ekonomi 2016 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bank Indonesia (BI) menilai setidaknya ada tiga pelajaran penting yang bisa didapat dari dinamika perekonomian Indonesia tahun 2016 yang menghadapi banyak tantangan.

        Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, masalah utama yang menghambat pertumbuhan ekonomi domestik adalah ketidakpastian pasar keuangan, pertumbuhan ekonomi dunia dan harga komoditas yang masih rendah.

        "Pertumbuhan ekonomi dunia 2016 masih belum cukup kuat dan lebih rendah dari 2015. Konsolidasi ekonomi masih melambat. Harga komoditas masih melemah hingga triwulan III 2016. Ada kenaikan the fed dan dipersulit dengan referendum yang memicu ketidakpastian. Lalu ada pemilihan Presiden AS yang di luar perkiraan," ujar Agus saat peluncuran buku Laporan Perekonomian Indonesia 2016 di gedung BI, Jakarta, Kamis (27/4/2017).

        Menurutnya, hal ini berdampak pada kinerja korporasi dan risiko kredit yang meningkat serta permintaan kredit yang turun. Sebagaimana diketahui, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) pada Desember 2016 tercatat sebesar 2,9% (gross) dan 1,2% (net). Sedangkan pertumbuhan kredit Desember 2016 tercatat sebesar 7,9% (yoy), lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar 10,5% (yoy). Namun dari berbagai dinamika itu, lanjut Agus, setidaknya ada tiga pelajaran penting yang dapat dipetik.

        "Pertama, respons bauran kebijakan makro ekonomi secara disiplin jadi kunci mendorong ekonomi. Kedua, koordinasi sinergi kebijakan hingga daerah terbukti tingkatkan fleksibilitas ekonomi. Terakhir, dinamika ekonomi domestik tunjukkan pentingnya diversifikasi ekonomi," jelas Agus.

        Sekadar informasi, berbagai bauran kebijakan baik sisi fiskal maupun moneter telah dilakukan pemerintah dan BI demi menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia dari berbagai tantangan. Dari sisi fiskal misalnya pemerintah memperkuat belanja pada sektor produktif. Selain itu, pemerintah juga mengoptimalkan program amnesty pajak.

        Sementara itu, reformulasi kebijakan moneter BI dilakukan dengan mengubah BI Rate jadi BI 7 day repo rate dan kebijakan transaksi lindung nilai. Kemudian stabilisasi nilai tukar rupiah, memperkuat kewajiban penggunaan rupiah dan pelonggaran Loan to Value.?

        "Selain itu, penguatan koordinasi juga dilakukan dengan upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Pengesahan UU pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan. Dengan bauran kebijakan itu, Indonesia dapat mitigasi risiko. Pertumbuhan ekonomi 2016 tetap lebih baik. Inflasi terjaga, defisit menurun dan nilai tukar yang terkendali," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Bagikan Artikel: