Turunnya harga bahan makanan bergejolak (volatile food), termasuk komoditas pangan, pada April 2017 di DKI Jakarta, menahan tekanan inflasi akibat kenaikan tarif listrik tahap II pada Maret 2017 untuk pelanggan 900VA.
Indeks Harga Konsumen di DKI Jakarta sepanjang April 2017 mengalami deflasi sebesar 0,02 persen (month to month/mtm), atau lebih rendah dari indeks harga nasional yang terkena inflasi 0,09 persen (mtm), demikian data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta.
"Turunnya harga sebagian besar kelompok volatile food menjadi faktor pendorong deflasi April 2017. Harga bumbu-bumbuan yang kembali turun menjadi penyebab utama deflasi volatile food," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono di Jakarta, Selasa (2/5/2017).
Doni mencatat harga cabai merah, bawang merah dan cabai rawit masing-masing turun 16,71 persen (mtm), 9,38 persen (mtm) dan 23,62 persen (mtm). Kemudian, harga minyak goreng, gula pasir dan daging beku masing-masing turun 3,67 persen (mtm), 4,54 persen (mtm), dan 3,63 persen (mtm). Sedangkan harga beras juga kembali turun 0,03 persen (mtm).
"Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menjaga kesinambungan dan manajemen stok beras yang baik, serta ekspektasi masyarakat yang positif bahwa pemerintah mampu menjaga kestabilan harga beras merupakan faktor-faktor pendukung terkendalinya harga beras di pasar," ujarnya.
Pada kelompok tarif yang diatur pemerintah (administered prices), pencabutan subsidi listrik pelanggan 900VA tahap II pada Maret 2017 memicu kenaikan tarif listrik April 2017 sebesar 1,71 persen (mtm). Namun, kata Doni, kenaikan tarif listrik tersebut, dibarengi dengan turunnya biaya angkutan udara sebesar 2,97 persen (mtm), sehingga dapat menahan laju inflasi kelompok administered prices?secara keseluruhan.
Doni memperkirakan tekanan tarif listrik akan kembali membayangi indeks harga konsumen di DKI Jakarta, menyusul Pencabutan subsidi listrik 900VA tahap III yang dilakukan pada awal Mei 2017. Selain itu, ada potensi meningkatnya tekanan permintaan harga pangan, sesuai tren konsumsi tinggi mendekati bulan Ramadhan dan Lebaran.
Untuk menghadapi meningkatnya tekanan permintaan masyarakat terhadap bahan-bahan pangan jelang bulan Ramadhan, kata Doni, berbagai persiapan telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jakarta.
"Langkah awal yang telah dilaksanakan adalah pemetaan kebutuhan bahan pangan masyarakat selama bulan puasa dan masa Lebaran," ujarnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat