Pekan lalu, pemerintah mengumumkan rencana penambahan utang melalui penerbitan obligasi. Hal tersebut dilakukan guna mengantisipasi potensi kekurangan pajak hingga akhir tahun ini.?
Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan hal tersebut pada akhirnya bakal memengaruhi likuiditas perbankan. Oleh karena itu, tidak aneh jika belakangan banyak institusi perbankan yang mulai memperkuat permodalannya melalui penerbitan obligasi ataupun right issue.
"Ada upaya perbankan untuk memitigasi potensi penurunan dana pihak ketiga (DPK) jika crowding out terjadi. Dengan demikian, fungsi intermediasi perbankan dapat dioptimalkan mengingat tren peningkatan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) mulai tertahan," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/7/2017).
Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa sejatinya untuk saat ini kondisi likuiditas perbankan cenderung terkendali. Hal itu terlihat dari rasio alat likuid atau DPK pada bulan Mei yang mencapai 21,7%. Capaian tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan periode Desember tahun lalu yang hanya mencapai 21,6%.
Peningkatan rasio alat likuid tersebut diikuti dengan adanya penurunan pertumbuhan kredit pada bulan Mei tahun ini yang berada di angka 8,71% secara year on year (y-o-y), padahal pada bulan Maret pertumbuhan kredit masih berada di angka 9,25% secara y-o-y. Berkaca pada hal tersebut, lanjut Josua, penyaluran kredit perbankan akan dipengaruhi oleh 2 sisi, yakni likuiditas perbankan serta daya beli masyarakat yang akhirnya memengaruhi permintaan kredit.?
"Dengan demikian, kredit perbankan diperkirakan tumbuh sekitar 9%-10%y-o-y pada akhir tahun ini, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat tercapai di kisaran 5,1%-5,2%," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Rizka Kasila Ariyanthi
Tag Terkait: