Amerika Serikat menyatakan keprihatinannya tentang krisis yang terjadi di Myanmar dan mendesak pihak berwenang untuk mengizinkan akses kemanusiaan ke negara Rakhine yang memberontak karena kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya terus berlanjut.
Pengungsi yang tiba di kamp-kamp yang sudah penuh sesak di negara tetangga Bangladesh, banyak yang kelelahan dan sangat lapar, mereka membawa kisah mengerikan seperti aksi pembunuhan, pemerkosaan dan juga pembakaran yang meluas. Sekitar 164.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar sejak kekerasan meletus dua pekan lalu.
"Ada pemindahan populasi lokal yang signifikan menyusul tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang serius termasuk pembakaran massal di desa Rohingya dan juga kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan juga warga sipil bersenjata," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauert kepada awak media, Kamis.
"Kami kembali mengecam serangan mematikan terhadap pasukan keamanan Burma, namun kami juga bergabung dengan masyarakat internasional untuk meminta pasukan keamanan tersebut untuk mencegah serangan lebih lanjut terhadap penduduk local," pungkasnya, sebagaimana dikutip Al-Jazeera, Jumat (8/9/2017).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo