Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Ikan Laut di Kotabaru Bikin Geleng-geleng Kepala

        Harga Ikan Laut di Kotabaru Bikin Geleng-geleng Kepala Kredit Foto: Antara/Rahmad
        Warta Ekonomi, Kotabaru -

        Harga ikan laut di pasar-pasar harian dan Pasar Kemakmuran, di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, akhir-akhir ini mengalami kenaikan akibat gelombang tinggi.

        "Harga ikan masih mahal, karena sebagian nelayan masih banyak yang turun ke laut karena takut gelombang," ungkap seorang pedagang bakso ikan, Abi Rangga, di Kotabaru, Sabtu (9/9/2017).

        Dirinya mengaku, tidak menggunakan daging sapi atau yang lainnya dalam membuat bakso, tetapi menggunakan bahan baku ikan parang-parang.

        Ikan parang-parang saat ini jarang ada di jual pedagang di pasar ikan. Seandainya pun ada harganya naik dari harga biasa. Biasanya, dalam sekali memproduksi pentol bakso ikan, Abi Rangga memerlukan ikan parang-parang rata-rata 50 kilogram.

        Namun akhir-akhir ini, jumlah tersebut jarang terpenuhi, sementara permintaan bakso ikan masih tetap tinggi. Harga ikan laut mahal juga dialami oleh sejumlah pedagang sayur keliling dan para ibu rumah tangga di Kotabaru.

        Mereka yang biasanya membawa uang untuk membeli ikan Rp25.000 cukup untuk satu hari, kini tidak cukup lagi karena harga ikan laut hampir semua jenis melonjak. Seorang ibu rumah tangga di Pulaulaut Utara, Ummi Fatimah, mengaku sudah lebih 10 hari tidak berbelanja ikan laut, karena harganya ya cukup mahal.

        "Ya kita membuat lauk dari bahan telur ayam ras, karena ikan laut harganya mahal," tuturnya.

        Sebelumnya, sebagian nelayan bagan di Kotabaru, mulai bangkit dengan membangun kembali perangkap ikan yang ambruk akibat diterjang gelombang tinggi. Seorang punggawa atau juragan Bagan H Ranja, mengatakan, meski belum semua sebagian nelayan sudah mulai mencoba untuk beraktivitas kembali, dan memperbaiki bagan yang ambruk.

        Bagan yang tingkat kerusakannya kecil yang diutamakan untuk diperbaiki, agar bisa segera digunakan untuk menangkap ikan. Sementara itu, bagan yang tingkat kerusakannya berat, tetapi dibiarkan menunggu punya modal besar untuk membangun kembali.

        Meski sudah mulai beraktivitas, nelayan masih belum bisa memperoleh hasil maksimal, bahkan untuk menutupi biaya operasional membeli BBM mesin genset untuk bagan, dan BBM kapal masih belum cukup.

        "Hasil ikannya masih minim, tidak seperti tahun lalu. Sejak Maret hingga September ini hasil bagan minim," pungkasnya. (HYS/Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Hafit Yudi Suprobo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: