Bursa Efek Indonesia menilai bahwa perkembangan "financial technology" (fintech) di dalam negeri mempermudah investor melakukan aktivitas di industri pasar modal.
"Perkembangan fintech memudahkan investor untuk melakukan transaksi serta mendapatkan berbagai informasi pasar," ujar Direktur Perdagangan dan Pengawasan Anggota BEI, Alpino Kianjaya di Jakarta, Senin (25/9/2017).
Ia mengatakan bahwa sejak tahun 2000 lalu sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia, yakni sistem perdagangan jarak jauh (remote trading), dan terus berkembang hingga saat ini.?
"Sekarang semua nasabah bisa transaksi melalui online trading, dan sekarang nilai transaksinya mencapai sekitar Rp7,3 triliun per hari dengan frekuensi sekitar 315.000 per hari. Sebelumnya, transaksi di pasar modal hanya sekitar Rp300 miliar per hari," paparnya.
Saat ini, lanjut dia, transaksi di pasar modal Indonesia telah dimudahkan dengan adanya sistem online trading. Diharapkan, berkembangnya teknologi di pasar modal juga diikuti dengan pertumbuhan jumlah investor.
?"Diharapkan perusahaan sekuritas dapat terus melakukan inovasi untuk menjangkau investor-investor di daerah," katanya.
Pimpinan Proyek IDX Incubator Irmawati Amran mengatakan bahwa perkembangan fintech di pasar modal cukup bagus, mayoritas Anggota Bursa (Perusahaan Sekuritas) sudah mengaplikasikan sistem online trading.?"Tercapat 62 Anggota Bursa memiliki sistem online, dan 34 diantaranya juga sudah mengaplikasikan 'mobile trading', jadi sudah sangat baik," katanya.
Dengan berkembangnya fintech di pasar modal, ia mengharapkan bahwa edukasi mengenai pasar modal dapat lebih baik, sehingga tingkat inklusi keuangan di dalam negeri dapat lebih meningkat.?"Dengan berkembangnya fintech maka inklusi akan semakin pesat," ucapnya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: