Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BI Sindir Lambatnya Bank Turunkan Suku Bunga Kredit

        BI Sindir Lambatnya Bank Turunkan Suku Bunga Kredit Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Industri perbankan dinilai lambat merespons penurunan suku bunga kebijakan Bank Indonesia 7day Reverse Repo Rate (BI 7day RR Rate), sehingga penurunan suku bunga deposito dan kredit belum maksimal. Padahal tahun ini BI telah dua kali menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 4,25 persen.

        Asisten Gubernur Kepala Departemen Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo menjelaskan sejak Januari 2016 hingga saat ini penurunan suku bunga acuan sudah mencapai 200 basis poin, namun suku bunga deposito baru turun 145 basis poin, dan suku bunga kredit hanya 110 basis poin.

        "Artinya transmisi itu relatif lambat, khususnya ke suku bunga kredit. Kita masih belum melihat maksimal penurunan suku bunga kita kepada sektor perbankan. Apa kredit perbankan ini yang rendah (tumbuh 8%) karena supply kredit yang terbatas atau demand kreditnya yang terbatas?," ujar Dody di Jakarta, Kamis (4/10/2017).

        Dirinya melihat hal tersebut karena masih tingginya suku bunga kredit perbankan, kini perusahaan mulai mencari pendanaan di luar perbankan. Hal itu bisa terlihat dari pembiayaan di pasar keuangan yang tumbuh lebih dari 50% khususnya lewat obligasi, MTN, dan pencatatan saham perdana (innitial public offering/IPO).

        "Itu memberikan gambaran mereka melakukan financing di luar perbankan yang secara cost lebih murah dari suku bunga bank. Jadi sudah jelas sekali kenapa suku bunga kredit tidak turun," cetusnya.

        Oleh karena itu, wajar bila pertumbuhan kredit perbankan masih rendah yakni masih dikisaran 8 persen. Jadi untuk tahun ini BI memperkirakan kredit perbankan hanya tumbuh 8 sampai 10 persen.

        "Kemungkinan sampai akhir tahun hanya bisa tumbuh 8-10%. Sehingga cerminannya ada di pertumbuhan ekonomi kita yang mungkin hanya tumbuh di kisaran 5,1%-5,4%," tutup Dody.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajar Sulaiman
        Editor: Rizka Kasila Ariyanthi

        Bagikan Artikel: