Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemenkop dan UKM Dorong KUKM Terapkan Ekonomi Digital

        Kemenkop dan UKM Dorong KUKM Terapkan Ekonomi Digital Kredit Foto: Ning Rahayu
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram menegaskan bila tidak menerapkan digitalisasi ekonomi maka koperasi dan UKM di Indonesia akan tertinggal dan tergilas dalam peta persaingan usaha. "Kemajuan teknologi informasi sulit dibendung. Bila koperasi dan UKM tidak mengikutinya akan ketinggalan," tandas Agus saat membuka acara seminar bertema "Wanita, Pemuda, dan Teknologi: Revolusi Digital" di Jakarta, Rabu (25/10/2017).

        Di acara yang dihadiri para pembicara seperti Wakil Ketua Umum Bidang Telematika, Penyiaran, dan Ristek Kadin Indonesia Ilham Habibie dan Direktur Saleema Foundation (yayasan dari Amerika) Emad Hamdan, Agus menambahkan, saat ini sudah memasuki era Triple T Revolution. Telekomunikasi sudah memakai sistem wireless, transportasi yang menunjang distribusi barang dan jasa sudah "just in time", serta travel and tourism yang sudah didominasi pelaku bisnis online atau e-Commerce. "Memesan hotel, tiket pesawat, hingga destinasi wisata sudah memakai sistem online. Lebih cepat dan lebih murah. Antarbangsa sudah tidak ada lagi sekat. Semuanya sudah menyatu dalam bingkai globalisasi dan digital ekonomi," tukas Agus.

        Oleh karena itu, Agus mengungkapkan, Kemenkop dan UKM terus mendorong agar pelaku KUKM di Indonesia untuk menerapkan sistem ekonomi digital atau online. "Dalam menciptakan koperasi yang berkualitas, kita menggulirkan motto: tidak ada koperasi tanpa IT, tidak ada koperasi tanpa pelatihan, dan tidak ada koperasi tanpa transaksi," ungkapnya.

        Sementara untuk mengembangkan UKM, lanjut Agus, pihaknya terus mendorong agar pelaku UKM menerapkan bisnis e-Commerce. "Dunia sekarang sudah tanpa batas, tak lagi dibatasi ruang dan waktu. Bila tidak menerapkan pemasaran e- Commerce?maka UKM kita akan tergilas," imbuh Agus lagi.

        Meski begitu, Agus mengakui, dari total jumlah 151 ribu koperasi, baru sekitar 10% koperasi yang mengarah dan berbasis IT dalam mekanisme pelaporan ke publik. Sementara pelaku UMKM yang berjumlah sekitar 59,2 juta, mayoritas hampir 98% pelaku usaha mikro, baru 3,5%-5% yang usahanya mengarah pada penerapan sistem berbasis IT. "Ini menjadi tugas kita semua untuk lebih mendorong agar pelaku KUMKM di Indonesia menerapkan bisnis secara online," paparnya.

        Dalam kesempatan ini pula, Agus mengapresiasi peran wanita dan pemuda dalam mengembangkan wirausaha di Indonesia. "Banyak koperasi wanita di Indonesia berkinerja bagus. Begitu juga dengan UKM wanita, banyak yang bagus. Untuk pemuda, memang saat ini sudah diarahkan untuk mengubah paradigma berpikir dari pencari lapangan kerja menjadi pencipta lapangan kerja sebagai wirausaha," tegas Agus.

        Ia juga menjelaskan bahwa kontribusi koperasi terhadap PDB nasional pada 2016 sudah mencapai 3,99%, dari sebelumnya yang hanya kisaran 1,71%. Begitu juga dengan rasio kewirausahaan sudah bertengger di posisi 3,1%, dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1,65%. "Jika ingin stabil secara makroekonomi maka rasio kewirausahaan harus berada di minimal 2%. Nah, hingga tahun 2019 mendatang, kita menargetkan rasio kewirausahaan nasional berada di level 5%," ungkapnya.

        Sementara itu, Ilham Habibie mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi di segala bidang kehidupan. "Maka dari itu, saya? saat ini sedang mengembangkan pesawat R80 bersama Pak Habibie untuk men-trigger keberanian masyarakat Indonesia untuk terus berinovasi, terutama di bidang teknologi," katanya.

        Pembicara lainnya, Direktur Saleema Foundation (yayasan dari Amerika) Emad Hamdan mengatakan bahwa Islam pun membahas tuntas mengenai kemajuan teknologi. "Salah satu passion saya adalah mengkaji Alquran. Kita sebagai umat Muslim diharapkan bisa menggunakan teknologi, namun tetap dalam koridor Alquran dan Sunah Rasul," pungkas pria kelahiran Palestina-Libanon yang pernah bekerja di American Airlines, Verizon, dan Bank of America sebagai Vice President ini.

        Sementara pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan amat penting bila pemerintah melakukan perbaikan infrastruktur pendukung digitalisasi industri. Jadi, selain membangun infrastruktur fisik, juga mengembangkan digitalisasi industri. Hal ini agar Indonesia tidak tertinggal dalam era revolusi industri fase keempat atau lazim disebut industry 4.0.

        Pasalnya, lanjut Faisal, fasilitas infrastruktur digital Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga. Sebagai contoh, di bidang internet, kecepatan internet di Indonesia pada triwulan I 2017 baru mencapai 7,2 megabyte (MB) per detik. "Memang kita lebih baik dari Filipina dan India. Tapi, kita tertinggal jauh dari Srilangka, Vietnam, dan Malaysia," katanya.

        Meski demikian, Faisal memuji urusan bisnis (business egality) industri digital Indonesia yang sangat baik. "Business egality kita sangat baik karena kelincahan para pengusaha yang luar biasa. Kita ada di peringkat 35," ungkap Faisal.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ning Rahayu
        Editor: Fauziah Nurul Hidayah

        Bagikan Artikel: