Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Elpiji 3 KG Langka di Aceh Tamiang

        Elpiji 3 KG Langka di Aceh Tamiang Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Banda Aceh -

        Elpiji subsidi tabung 3 Kg di 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang, sudah tiga minggu terakhir ini kelangkaan, sehingga dimanfaatkan pedagang pengecer untuk menaikkan harga.

        Sejumlah warga yang ditemuai di Kecamatan Karang Baru, Sabtu (28/10/2017) menyatakan, kelangkaan tersebut membuat pengecer manaikan harga sesuka hatinya, yakni mencapai Rp30 ribu, padahal berdasarkan peraturan pemerintah ditetapkan Rp18 ribu/tabung.

        Mereka menyatakan, meskipun sudah memesan gas dari agen keliling, namun hingga beberapa hari kemudian belum juga ada karena persediaan gas elpiji kosong.

        "Sudah seminggu ini, kami kesulitan mencari gas. Di kedai terdekat kosong, pesan sama agen pengecer juga tidak tahu kapan gas akan masuk," kata Faridah, warga Desa Bundar, Kecamatan Karang Baru.

        Hal senada dikatakan warga desa yang sama, Erni yang menyebutkan, dua tabung gas miliknya sudah habis sejak hari Rabu kemarin, namun dia belum bisa mendapatkan gas 3 Kg hingga sekarang.

        Erni sudah berulang kali pesan dengan penjual gas eceran dan berburu gas di seputaran wilayah Karang Baru tapi stok di kios-kios sedang kosong.

        "Kami terpaksa mencari informaasi sampai ke Manyak Payed. Disana gas juga langka, kalau pun ada harganya tinggi Rp25.000/tabung," katanya.

        Warga Kecamatan Manyak Payed, Hery yang dijumpai mengatakan, kelangkaan elpiji 3 Kilogram terjadi hampir satu minggu terakhir baik di tingkat pedagang eceran hingga pangkalan.

        Kelangkaan tersebut juga memicu naiknya harga gas melebihi HET (harga eceran tertinggi). "Harga di pangkalan masih normal Rp18.000/tabung, tapi harga di kios eceran ada yang mencapai Rp23.000-Rp30.000/tabung," ungkapnya.

        Menurut Hery, meski gas dari Depot Pertamina sudah masuk ke salah satu pangkalan di Manyak Payed, namun dalam waktu singkat sudah habis diserbu agen dan masyarakat.

        Di sisi lain, sebagian masyarakat lebih memilih beli gas di kios eceran karena dipangkalan terjadi antrean panjang.

        "Biasanya harga di pangkalan dan eceran hanya beda tipis, tapi hari ini harganya sudah beda jauh diatas Rp5.000/tabung, itu jelas memberatkan masyarakat kurang mampu," ujar dia.

        Mukadi, seorang pedagang warung nasi dan gorengan di kawasan Kampung Banjir, Karang Baru juga mengaku kesulitan mencari gas ukuran 3 Kg. Sangking sulitnya mendapat gas pihaknya nyaris gagal berjualan. "Iya gas 3 Kg langka kali, sempat terlambat masak hari ini dan hampir tidak jualan," tuturnya.

        Pemantauan wartawan Jumat malam ke sejumlah penjual gas eceran di jalan lintas Medan-Banda Aceh di Kecamatan Karang Baru menyebutkan, di setiap kios hanya ditemukan tumpukan tabung gas yang kosong.

        Mereka juga sedang menunggu pasokan gas dari pangkalan setempat.

        Sejumlah pelanggan yang datang ke kios pengecer terpaksa balik arah dengan tangan hampa. Namun demikian untuk gas non subsidi ukuran 12 Kg masih tersedia tidak ikut langka.

        "Sudah beberapa hari kosong barang bang, kami juga tidak tahu masuknya kapan," ucap penjual gas eceran di Simpang Tiga Desa Tanjung Karang.

        Para penjual gas eceran mengaku tidak mempersoalkan jika harga gas LPG 3 Kg naik, asalkan barangnya tidak langka. "Kita tidak masalah harga naik yang penting barangnya ada, jadi konsumen tidak kecewa," ujarnya.

        Salah seorang pemilk pangkalan gas 3 Kg di Desa Terban, Kecamatan Karang Baru, Abdul Halil menjelaskan, sejauh ini pengiriman gas dari dan agen ke pangkalannya masih lancar, namun ada pengurangan kuota dari 1.500 menjadi 1.200/bulan.

        Mungkin hal itu menjadi penyebab kelangkaan elpiji 3 Kg. "Kuota saya dikurangi sampai 300 tabung, dalam dua hari sekali gas masuk tapi tidak tentu, kadang 50, 70, tadi ada masuk 100 tabung, tapi sudah habis," katanya.

        Menurutnya tidak ada kendala dari Pertamina tapi pemerintah memang akan mengurangi gas bersubsidi karena dinilai tidak tepat sasaran yang justru menikmati orang kaya seperti para PNS banyak pakai gas 3 Kg. "Info yang saya dengar, subsidinya akan dialihkan ke gas ukuran 5 Kg dan 12 Kg," terang Halil.

        Sejumlah ibu-ibu terpantau sedang berkumpul di pangkalan gas milik Halil untuk mengambil jatah yang sudah dipesan seharga Rp18.000/tabung.

        Para pelanggan dari segala penjuru desa tampak berdatangan membeli gas yang dibatasi hanya satu tabung bagi warga dan 3-5 tabung untuk penjual eceran.

        "Setiap pembelian dibatasi dan dilaporkan ke agenan," ujarnya.

        Ia menambahkan, kalau kuota dikurangi jelas tidak cukup, karena dalam satu kampung saja ada 700 KK. Pangkalan ini melayani sejumlah desa di Kecamatan Karang Baru diantaranya, Desa Air Tenang, Terban, Kampung Dalam hingga Desa Medang Ara. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajar Sulaiman

        Bagikan Artikel: