Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan rasio kredit bermasalah (NPL) industri perbankan berpeluang turun drastis hingga 2,5 persen pada akhir Desember 2017 dari 2,9 persen per akhir Oktober 2017.?Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK Slamet Edy Purnomo di Jakarta, Kamis mengatakan di dua bulan terakhir 2017, perbankan semakin getol memperbaiki NPL, di antaranya dengan restrukturisasi.
Musababnya bank didesak harus mengurangi NPL agar pendapatan mereka terjaga, untuk menjaga target laba sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB).
"Kredit bermasalah bank ada yang dijual ada yang restrukturisasi. Soalnya Desember mereka harus kejar target RBB," ujar dia.
Slamet mengatakan kualitas kredit untuk berbagai sektor juga sudah mulai pulih, seperti seperti sektor konsumer dan korporasi. Hanya kredit sektor komersial yang masih lesu.
"Kredit sektor komersial memang karena global," ujarnya.
Dengan NPL yang membaik, Slamet memperkirakan bank juga punya ruang untuk ekspansi kredit. Dia meyakini pertumbuhan kredit dapat melebihi sembilan persen (year on year/yoy), bahkan mencapai dua digit. Target itu tidak sepesimistis Bank Indonesia yang memperkiraan pertumbuhan kredit hanya sebesar delapan persen (yoy) tahun ini.
Selama Oktober 2017, menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana, kredit perbankan cukup menggeliat dengan pertumbuhan 8,18 persen (year on year/yoy), atau meningkat dari September 2017 yang hanya 7,8 persen (yoy).
"Pertumbuhan kredit disumbang hampir semua sektor, tapi masih lebih banyak karena peran kredit infrastruktur," kata Heru.
Hingga akhir 2017, Heru meyakini pertumbuhan kredit industri perbankan masih bisa sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang sebsar 11,8 persen.
"Kemarin kan September 2017 masih pesimistis, ternyata di Oktober melonjak dari 7,8 persen ke 8,18 persen. Siapa tau nanti di data November sudah mendekati 10 persen," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: