Anda pasti sudah sangat sering mendengar istilah saham? Saham adalah surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan. Nah, saham adalah salah satu instrumen investasi yang banyak disarankan oleh perencana keuangan.
Bagaimana cara berinvestasi di saham? Caranya adalah dengan membeli saham tersebut. Ya, saham perusahaan ini ada yang diperjualbelikan. Di mana tempat jual belinya? Di pasar modal dan nama pasarnya adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di Jakarta.
Untuk membeli saham, Anda tidak perlu harus datang ke BEI. Aduh, tidak terbayang?ramainya tempat tersebut jika semua orang yang akan melakukan pembelian saham datang ke BEI di Jakarta. Jakarta bakalan tambah supermacet!
Saat ini sudah sangat banyak broker yang bisa memfasilitasi Anda untuk melakukan jual beli saham secara daring alias online. Sekedar informasi, Anda tidak dapat membeli saham sebuah perusahaan secara langsung ke perusahaannya. Anda harus membelinya melakui broker atau perantara yang biasa disebut pialang saham. Mereka bernaung di bawah sebuah perusahaan sekuritas. Pastikan Anda membeli melalui broker yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam melakukan pembelian, normalnya Anda pasti ingin membeli dengan harga tertentu dan akan menjualnya nanti pada saat harganya sudah naik bukan? Orang biasa mengatakan, "wah saham ini sudah murah nih, saatnya beli". Tapi terkadang murah dan mahalnya suatu saham nilainya relatif, tergantung dari persepsi masing-masing orang.
Ada yang mengatakan saham A yang harganya saat ini sekitar delapan ribuan sudah mahal. Tapi ada juga orang yang masih memilih membeli saham U yang harganya 29 ribuan karena memiliki keyakinan bahwa harganya masih akan naik.
Atau bahkan saham V yang harganya sudah 44 ribuan, masih ada saja yang beli. Masing-masing memiliki persepsi relatif atas mahal dan murahnya suatu saham, serta cara dalam menilai apakah suatu saham layak dibeli atau tidak.
Ada dua pendekatan yang lazim digunakan dalam melakukan analisis atas suatu saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menitikberatkan pada analisis atas kinerja dari perusahaan, baik dari kinerja keuangan, operasional, serta juga melakukan analisis atas prospek ke depan dari kelangsungan hidup perusahaan.
Indikator-indikator yang biasa digunakan dalam analisis fundamental antara lain, price to book value (PBV), price earning ratio (EPS), ada juga earning per share (EPS), dan masih banyak indikator lainnya. Analis juga melakukan monitor pada kinerja aset, utang, laba, serta kontrak-kontrak baru yang dilakukan perusahaan, serta peluang pasar yang terbuka untuk perusahaan. Kondisi makro dan mikro ekonomi pun tidak luput dari perhatian analis fundamental.
Sedangkan analisis teknikal lebih banyak melakukan analisis dari perubahan harga saham, volume transaksi yang terjadi. Perubahan tersebut tergambar dalam grafik sehingga para analis teknikal banyak berkutat dengan grafik harga saham historis. Dengan memperhatikan perubahan harga yang terjadi, dapat dianalisis waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham.
Indikator-indikator yang biasa digunakan adalah moving average (MA), relative strength index (RSI), moving average convergence divergence (MACD), serta tentunya data harga dan volume transaksi.
Nah, pendekatan mana yang Anda pilih? Kembali kepada?Anda karena dua-duanya cukup oke. Yang penting jangan lupa beli sahamnya! Karena ada dua keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan berinvestasi saham. Pertama adalah capital gain, alias potensi kenaikan harga saham itu sendiri. Keuntungan yang kedua adalah pembagian dividen, yaitu pembagian sebagian dari laba perusahaan kepada para pemegang saham.
Mau lebih jelas lagi mengenai investasi saham? Bisa belajar di sini. So tunggu apa lagi, segera buka rekening investasi Anda di sekuritas terpercaya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: