Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Gapkindo Sumsel Kasih Kode Soal Peremajaan Karet

        Gapkindo Sumsel Kasih Kode Soal Peremajaan Karet Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara
        Warta Ekonomi, Palembang -

        Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy mengingatkan pemerintah untuk menyiapkan langkah antisipasi jika rencana peremajaan karet direalisasikan tahun 2018.

        "Pada prinsipnya Gapkindo Sumsel sangat mendukung rencana ini tapi pemerintah juga harus mengetahui bahwa selama lahan petani diremajakan, mereka harus bagaimana?" kata Alex di Palembang, Senin (4/12/2017).

        Ia mengatakan dalam peremajaan itu dibutuhkan setidaknya waktu empat tahun, sementara seperti pada umumnya petani hanya memiliki lahan tersebut.

        "Rata-rata petani rakyat memiliki lahan 1-2 hektare saja. Artinya harus ada pengganti kegiatan agar mereka tetap bisa makan," kata Alex.

        Selain itu, ia menekankan ke pemerintah bukan hanya fokus pada peremajaan tapi juga ke hal yang lebih detail yakni bibit karet.

        Pemerintah diharapkan memberikan bantuan bibit unggul yang setara dengan bibit yang dipakai Malaysia, Thailand dan Vietnam.

        Seperti diketahui, rasio produksi getah per hektare di Indonesia sangat rendah jika dibandingkan Malaysia, Thailand dan Vietnam. Di Indonesia dalam satu hektare hanya memperoleh 1 ton getah, sedangkan di Vietnam dan Thailand sudah tembus 2 ton.

        "Tentunya ketika harga jatuh seperti saat ini, yakni 1,4 dolar per kilogram membuat menjadi tidak masalah bagi Thailand dan Vietnam. Sementara bagi petani Indonesia menjadi sangat berat, karena hanya mendapatkan sekitar Rp700.000 per bulan," ujar dia.

        Pemerintah Jokowi-JK berencana meremajakan 1 juta hektare lahan karet tahun 2018 setelah pada tahun ini menyasar peremajaan lahan sawit.

        Menurut Alex, pemerintah seharusnya jangan sebatas membenahi internal tapi seharusnya lebih cerdas dengan membenahi sektor eksternal.

        Pemerintah Indonesia harus lebih aktif mengajak negara-negara eksportir karet untuk mengurangi pasokan di pasar internasional karena sudah tiga tahun terakhir harga tetap bertahan di kisaran rendah.

        Hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk jangka pendek karena saat ini pasokan di pasaran dunia benar-benar 'banjir'.

        "Harus ada yang mau menjadi leader, dan Indonesia bisa mengambil alih ini, yakni bagaimana caranya agar negara seperti Malaysia dan Thailand dan negara pemain baru untuk duduk bersama mengatasi masalah ini," kata Alex.

        Salah Anwar, petani karet Mesuji Raya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumsel, mengatakan bahwa harga getah karet bongkahan anjlok sejak awal tahun dari Rp7.000,00 menjadi hanya Rp6.800,00 (kering 100 persen) dan Rp5.600,00 (masih basah dengan masa pengeringan dua hari atau kering 75 persen).

        "Saat ini sulit, lahan banyak dibiarkan petani karena harga jatuh. Jika dihitung pendapatan per bulan, berkisar Rp700 ribu, tentunya ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga," kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: