Mengapa Grab, perusahaan startup transportasi online yang bermarkas di Singapura ini mampu berkembang pesat hanya dalam beberapa tahun saja, mampu menyalip dan menguasi pangsa pasar perusahaan taksi yang stable bertahun-tahun?
Tanpa memiliki aset kendaraan sendiri Grab kini memiliki Lebih dari 2 juta pengemudi yang tersebar di 7 negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Aplikasi mobile Grab bahkan telah diunduh lebih dari 60 juta kali dengan lebih dari 3,5 juta perjalanan yang dipesan dan dibayar setiap harinya melalui aplikasi, Grab juga kini menjadi? salah satu perusahaan pembayaran mobile terbesar di Asia Tenggara.
Ini lah yang dilakukan Grab. Agar dapat senantiasa mengimbangi permintaan, perusahaan melakukan penyebaran fitur-fitur baru ratusan kali setiap minggu dan dengan cepat mengembangkan tim teknisinya hingga dua kali lipat ukuran sebelumnya. Namun, hal ini menyebabkan lingkungan TI mereka menjadi semakin kompleks. Tim TI Grab membutuhkan suatu cara yang konsisten dan andal untuk menerapkan fitur-fitur baru, tanpa mempengaruhi kualitas atau ketersediaan aplikasi bagi para penumpang dan pengemudi.
Grab lalu mengevaluasi beberapa solusi seperti Chef, SortStack, dan Puppet sebelum akhirnya memilih Red Hat Ansible Tower sebagai tool pengelolaan infrastruktur dan konfigurasi terbarunya.
?Red Hat Ansible Tower merupakan sebuah mesin otomasi TI kelas enterprise yang dikembangkan dengan teknologi open source. Ansible Tower menyederhanakan dan mengotomatisasi penyediaan cloud, manajemen konfigurasi, penerapan aplikasi, orkestrasi antar layanan, serta tugas dan proses TI lainnya,? kata Rully Moulany, Country Manager, Red Hat Indonesia, di Jakarta.
Menurut Rully, setelah memutuskan untuk mengadopsi Red Hat Ansible Tower, dalam waktu singkat yakni hanya dua bulan Grab telah berhasil mengotomatisasi semua sistem backend perusahaan yang mendukung layanannya.
Melalui Red Hat Ansible Tower sebagai tool penyebaran, Grab dapat memanfaatkan Ansible playbook yang ditulis oleh para teknisi mereka untuk mengotomatisasi penyebaran harian, sehingga menghemat waktu dan sumber daya pekerja agar dapat melakukan pekerjaan bisnis yang lebih penting.
Selain itu, Ansible Tower mengeliminasi kebutuhan akan tim operasi pusat dengan menyediakan akses berbasis peran bagi para teknisi dan tim TI. Mereka dapat melakukan perubahan dan penerapan sesuai kebutuhan melalui antarmuka yang mudah digunakan, tanpa adanya potensi penundaan. Perubahan dicatat oleh Ansible Tower untuk audit dan pemeriksaan pengendalian mutu selanjutnya.
?Dahulu, Grab menghadapi tantangan keandalan, dengan hanya 87% uptime aplikasi. Downtime sering disebabkan oleh proses penyebaran manual yang rawan kesalahan. Dengan menerapkan Ansible Tower, Grab mengeliminasi 40% downtime hanya dalam beberapa bulan, dan meningkatkan agregat uptime menjadi 99,99%,? ujar Rully.
Kini dengan antarmuka pengguna grafis yang dihadirkan oleh Red Hat Ansible Tower, pengelolaan konfigurasi pengembangan dan penerapan kini lebih mudah dilakukan oleh tim TI Grab. Fitur audit di Red Hat Ansible Tower mencatat adanya perubahan untuk memastikan bahwa setiap kesalahan dapat diperbaiki dengan cepat dan mudah. Selain itu, integrasi dengan AWS membantu tim Grab dalam mengurangi waktu untuk tugas-tugas administratif dan bekerja lebih efisien.
?Tanpa Red Hat Ansible Tower, kami tidak akan dapat bertumbuh secepat ini, dan bisnis kami tidak akan seperti sekarang ini,? kata Ditesh Gathani, Head of Engineering, Singapura, Grab. Selama 12 bulan terakhir, Grab telah memperkenalkan sejumlah layanan inovatif, termasuk GrabNow, JustGrab, serta GrabPay Wallet.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi
Tag Terkait: