Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Tenggara yang besar akan sedikit lebih tinggi dari 5% pada 2017 dan 4,7% pada 2018 mendatang. Beberapa risiko eksternal dan domestik bisa memengaruhi proyeksi positif ini.
"Menurunnya pertumbuhan perdagangan yang tandem dengan penurunan di Tiongkok serta ketatnya kebijakan moneter domestik," Kata ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Lead Asia Economist Sian Fenner dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/12/2017).
Fenner menambahkan bahwa 2017 merupakan tahun yang baik bagi kinerja ekonomi Asia Tenggara. "Wilayah tersebut berada di jalur yang tepat dalam mencapai pertumbuhan hingga 5% untuk pertama kalinya selama 4 tahun, dan semua negara diprediksi akan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan 2016," tambahnya.
Sejumlah faktor pun telah berkontribusi pada pertumbuhan kuat tahun ini, salah satunya adalah prospek pertumbuhan dunia yang meningkat di antaranya berkat berkurangnya keprihatinan atas meningkatnya proteksionisme perdagangan dan ketahanan permintaan domestik yang berkelanjutan, yang juga didukung oleh kebijakan makro yang akomodatif.
Tekanan inflasi di sejumlah negara Asia Tenggara, terutama Malaysia dan Filipina, telah meningkat seiring dengan ramahnya reflasi global sebagai hasil dari pertumbuhan yang meningkat, perdagangan dunia yang memulih, dan harga komoditas yang lebih tinggi.
Di negara Asia Tenggara lainnya, tingginya risiko dan pentingnya stabilitas finansial telah mendorong perlunya normalisasi kebijakan dengan naiknya pertumbuhan. "Kondisi kebijakan saat ini tampaknya tidak akan berubah sangat ketat pada pertumbuhan, dengan kebijakan fiskal yang juga berkontribusi," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah