Perusahaan kimia terkemuka di dunia, PT Badische Anilin-und Soda-Fabrik (BASF) memandang Indonesia masih menjadi pasar yang potensial untuk industri kimia terutama yang mendukung produksi barang konsumsi.
Presiden Direktur BASF Indonesia Daniel Loh mengungkapkan jumlah populasi yang sangat besar, perekonomian yang stabil, dan kelas menengah yang tumbuh pesat menjadi indikator perusahaan melihat Indonesia masih sangat menjanjikan untuk melanjutkan investasi.
"Menurut saya, secara pribadi (Indonesia) sangat propespektif. Indonesia memiiki jumlah populasi yang besar dan pertumbuhan kelas menengah yang cepat. Jadi, saya melihat Indonesia merupakan market yang bagus," kata Daniel dalam wawancara terbatas dengan Warta Ekonomi di Jakarta, Rabu (17/1/2018).
Daniel mengatakan, BASF memulai investasinya di Indonesia sejak 1976 dan kini memiliki empat fasilitas produksi yang? berlokasi di Cengkareng, Cikarang, Cimanggis, dan Merak. "Sebanyak 80% dari produksi BASF difokuskan untuk kebutuhan domestik sementara 20% diekspor ke wilayah Asia Pasifik," tambahnya.
Khusus pabrik yang terletak di Cimanggis, lanjut dia, sejak November 2015, BASF telah menyelesaikan proyek perluasan kapasitas surfaktan. Peningkatan jumlah pasokan membuat BASF dapat memenuhi permintaan industri home dan personal care masyarakat global.
Sementara itu, rangkaian produk dan solusi BASF untuk pelanggan di Indonesia meliputi petrokimia, monomer, intermediet, dispersi dan resin, care chemicals, nutrisi dan kesehatan, kimia kinerja, katalis, kimia konstruksi, pelapis dan bahan kinerja, serta perlindungan tanaman.
Adapun Kementerian Perindustrian menargetkan nilai investasi di sektor industri kimia, tekstil, dan aneka (IKTA) pada 2018 akan mencapai Rp117 triliun. Target itu naik dari realisasi tahun lalu sebesar Rp94 triliun.?
Dari target itu, proyeksi penanaman modal dari sektor IKTA tahun ini bakal menyumbang sekitar 33% terhadap target investasi secara keseluruhan pada kelompok manufaktur nasional sebanyak Rp352 triliun.
"Industri farmasi serta produk obat kimia dan tradisional akan memberikan kontribusi pertumbuhan paling tinggi di sektor IKTA pada tahun ini yakni mencapai 6,38%," kata Dirjen IKTA Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah