Membaiknya prospek ekonomi Tanah Air secara jangka panjang membuat banyak mata dunia yang melirik Indonesia sebagai destinasi baru pengembangan bisnisnya. Apalagi, jika melihat jumlah penduduk yang masih menduduki peringkat puncak di ASEAN, menjadikan Indonesia sebagai ladang yang sangat subur untuk 'ditanami' apa pun.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan membaiknya prospek ekonomi secara jangka panjang menjadi salah satu penyebab banyaknya lembaga keuangan asing yang ingin berinvestasi di Tanah Air. Apalagi, proyek-proyek yang membutuhkan pembiayaan secara lama sudah mulai banyak dijalankan, seperti infrastruktur dan konstruksi.?
"Meski begitu, pembatasan terkait pemain asing juga perlu dirampungkan aturannya. Pasalnya, hal tersebut juga merupakan bentuk mitigasi risiko di sistem keuangan," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (15/2/2018).
Seperti pada kasus merger PT Bank Dinar Tbk (DNAR) dan Bank Andara (antardaerah). Langkah lembaga keuangan asal Korea Selatan, Apro Financial Co.Ltd., berjalan mulus di meja regulator, dalam hal ini OJK untuk mengakuisisi 77,38% saham Bank Dinar.
Dengan dalih ingin melebur dua entitas tersebut, OJK memberikan lampu hijau untuk mengeksekusi rencana merger Bank Dinar dan Andara. Memang jika melihat POJK yang berlaku, yakni POJK No. 56 Tahun 2016 memang ada klausul yang memperbolehkan lembaga keuangan yang melakukan merger dua entitas usaha dapat memiliki kepemilikan saham di atas batas ketentuan.?
Namun, Bhima beranggapan jika kepemilikan asing terlalu besar sebenarnya kurang menguntungkan ekonomi Indonesia. "Jika terjadi krisis misalnya, modal asing bisa keluar dengan cepat," tambahnya.?
Contoh lain juga terlihat pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) dan PT Bank Danamon Tbk (BDMN) yang masing-masing sedang dalam proses penambahan modal dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia dan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd (MUFG).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah