Sektretaris Perusahaan? PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Rachmat Hutama menyatakan bahan bakar gas bumi menjadi alternatif pascakenaikan harga batubara hingga menembus US$100 per ton belakangan ini.
Ia mengatakan pihaknya siap memenuhi peningkatan kebutuhan pasokan gas untuk pembangkit listrik di tengah meningkatnya harga batubara.
Harga batubara terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir seiring tingginya permintaan negara-negara Asia seperti Tiongkok, India, dan Vietnam.
Sesuai Keputusan Menteri ESDM No 1320 K/32/MEM/2018, harga batubara acuan (HBA) untuk Maret 2018 ditetapkan 101,86 dolar AS per ton.
Rachmat mengatakan kenaikan harga batubara akan membuka peluang perusahaan pembangkitan listrik untuk beralih menggunakan gas bumi.
PGN, lanjutnya, saat ini terus meningkatkan kerja sama dengan PT PLN (Persero) dalam hal penyediaan kebutuhan pasokan gas untuk pembangkit listrik.
"Seperti kita tahu, harga batubara di pasar terus meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Tentunya, gas bumi sebagai pilihan bahan bakar pembangkit listrik akan menjadi solusi yang menarik. Karenanya, kami terus mendorong PLN dan anak usahanya untuk beralih menggunakan gas bumi yang lebih murah dan lebih bersih untuk lingkungan," katanya, Senin (12/3/2018).
Saat ini, PGN sudah memasok gas untuk kebutuhan pembangkit PLN seperti PLTGU Tanjung Priok dan PLTGU Muara Karang.
Di Tanjung Priok, penyaluran gas PGN sudah berjalan sejak awal 2010.
PGN dan PLN sudah menandatangani kontrak penyaluran gas ke PLTGU Priok sebesar 30-36 BBTUD dan interruptible 64 BBTUD, sehingga total 100 BBTUD atau setara daya pembangkitan 500 MW.
"PGN berkomitmen untuk tetap menjaga keberlangsungan penyaluran gas setelah berakhirnya kontrak nantinya," ujar Rahmat.
Pada Juni 2017, PGN telah menyelesaikan peningkatan infrastruktur penyaluran gas di PLTGU Priok berupa peningkatan tekanan gas sesuai dengan kebutuhan turbin dan kapasitas infrastruktur, sehingga dapat memberikan efisiensi pembangkitan.
Kapasitas pembangkit Priok terpasang sekitar 1.300 MW (Blok 1, 2 dan 3) dan rencana Blok 4 sebesar 740 MW yang diperkirakan beroperasi semester kedua 2018, sehingga total 2.100 MW.
Pasokan gas PLTGU Priok berasal dari Nusantara Regas dengan volume 60-80 BBTUD dan PGN 60-90 BBTUD.
Sedangkan, untuk PLTGU Muara Karang, PGN dan PLN telah menandatangani kontrak jual beli gas pada Februari 2018 untuk jangka waktu selama satu tahun dengan volume kontrak lima BBTUD dan interruptible 55 BBTUD atau setara 280 MW.
Saat ini, kapasitas terpasang pembangkit Muara Karang sekitar 1.700 MW (Blok 1, 2 dan serta PLTU 4-5) dan rencana Blok 3 sebesar 500 MW yang diperkirakan beroperasi pada 2020, sehingga total nantinya 2.200 MW.
Pasokan gas Muara Karang didapat dari Nusantara Regas 100-150 BBTUD dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) 30-60 BBTUD.
"Untuk penyaluran gas PGN ke Muara Karang, saat ini PGN dalam tahap pembangunan infrastruktur yang akan selesai semester pertama 2018. Dengan masuknya gas PGN ke Muara Karang, diharapkan dapat lebih memberikan keandalan pasokan bahan bakar pembangkit di Muara Karang," kata Rachmat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil