Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kadin: Tingkatkan KEK KTI Lewat Kemudahan Ekspor-Impor

        Kadin: Tingkatkan KEK KTI Lewat Kemudahan Ekspor-Impor Kredit Foto: Muhamad Ihsan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan kebijakan untuk mempermudah melakukan ekspor dan impor bakal meningkatkan kinerja Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

        Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Timur Andi Rukman Karumpa di Jakarta, Senin (19/3/2018), menyambut baik rencana regulasi mengenai pendelegasian kewenangan persetujuan untuk KEK pada akhir Maret 2018.

        Dengan aturan tersebut, ia menyebutkan bahwa investor di KEK tidak perlu meminta izin pemerintah pusat untuk ekspor dan impor sehingga bakal memicu geliat khususnya di kawasan timur.

        "Tentu akan sangat membantu pengembangan KEK di KTI. Kadin sangat mendukung," ujar Andi.

        Menurut dia, salah satu alasan investor enggan berinvestasi di KEK adalah rumitnya perizinan ekspor-impor di Jakarta atau tingkat pemerintahan pusat.

        Apalagil, ia berpendapat bahwa Jakarta juga tidak terlalu paham kebutuhan di wilayah KEK tersebut. Padahal, yang paling paham akan kebutuhan impor bahan baku di suatu kawasan adalah investor itu sendiri.

        "Mereka juga bisa mengatur sendiri ritme impor dan ekspor di kawasan itu. Akan lebih fleksibel. Tidak birokratis dan tidak bertele-tele," ujar Andi.

        Meski demikian, Andi meminta pemerintah pusat jangan setengah-tengah dan dengan penuh membantu pengembangan KEK, utamanya di KTI.

        Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa kinerja ekspor Indonesia pada Februari 2018 mengalami penurunan sebesar 3,14 persen atau menjadi 14,10 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dimana pada bulan sebelumnya tercatat sebesar 14,55 miliar dolar AS.

        Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (15/3) menyatakan bahwa penurunan terbesar pada Februari 2018 adalah mesin atau peralatan listrik sebesar 86,6 juta dolar AS atau 12,04 persen, diikuti alas kaki sebesar 84,2 juta dolar, dan bahan bakar mineral sebesar 79 juta dolar AS.

        "Meskipun mengalami penurunan, posisi pada Februari 2018 masih di atas 2016 dan 2017. Pada Februari 2017 ekspor sebesar 12,61 miliar dolar AS. Sehingga, jika dibanding tahun lalu, naik 11,76 persen," kata Suhariyanto.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: