Perang dagang yang terjadi antara Cina dengan negeri Paman Sam diproyeksi bakal mempengaruhi negara mitra dagang kedua negara tersebut. Nah, Indonesia merupakan salah satu dari mitra dagang kedua negara tersebut.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan untuk Indonesia efeknya akan dirasakan pada ekspor biodiesel. Penurunan nilai ekspor hasil olahan dari CPO itu sebenarnya sudah mulai turun di tahun lalu.
Tengok saja, pada 2016 lalu nilai ekspor biodiesel Indonesia ke dunia mencapai US$255,6 juta atau sekitar 286,5%. Realisasi tersebut bertumbuh 54,7% dibanding tahun 2015.?
Namun pada 2017, ekspor biodiesel Indonesia hanya mencapai US$123,3 juta atau turun 57%. Berhentinya aktivitas ekspor ke Amerika Serikat menjadi salah satu penyebab susutnya nilai ekspor biodiesel Tanah Air.
"Selain itu, ekspor besi baja dan alumnium juga berpotensi anjlok. Meskipun total ekspor besi baja ke AS di bawah 2%," katanya di Jakarta, Kamis (5/3/2018).
Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat Cina terhambat aturan bea masuk impor ke AS, produksi manufaktur Cina akan turun, begitu juga dengan permintaan bahan mentah dari Indonesia khususnya komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit. Padahal, ekspor Indonesia ke Cina porsinya mencapai 14% dari total ekspor nonmigas atau setara US$21,3 miliar di 2017.
Oleh karena itu, dengan adanya perang dagang ini pertumbuhah ekspor Tanah Air berpotensi terkoreksi. Apalagi, Cina juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 6,5%.
Lebih lanjut, menurut Bhima, dampak lainnya adalah barang impor Cina, khususnya barang konsumsi akan membanjiri pasar di Indonesia. Perang dagang ini bisa meningkatkan ketergantungan impor Indonesia dalam jangka panjang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gito Adiputro Wiratno
Editor: Fauziah Nurul Hidayah