Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem Dinilai Perparah Ketidakstabilan di Timur Tengah
Keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem akan menjadikan Timur Tengah sebagai tempat yang lebih berbahaya, menurut Pangeran Turki Al-Faisal dari Arab Saudi.
"Amerika telah berdiri untuk penegakan hukum, untuk keadilan, untuk menghormati perjanjian internasional, dan sekarang kita melihat semua itu disingkirkan demi perhitungan politik internal," Al-Faisal, mantan kepala intelijen Arab Saudi agensi, mengatakan pada hari Senin, sebagaimana dikutip dari CNBC, Senin (14/5/2018).
"Ini bukan langkah yang akan membawa perdamaian ke Palestina atau Timur Tengah," tuturnya.
Delegasi penasehat senior Gedung Putih, termasuk Ivanka Trump dan suaminya Jared Kushner, akan menghadiri upacara hari Senin (14/5/2018) untuk menyambut institusi baru AS di Yerusalem tersebut. Presiden Donald Trump pertama kali mengumumkan pengumuman tersebut pada bulan Desember ketika dia secara resmi mengakui kota suci itu sebagai ibu kota Israel dalam sebuah langkah yang merusak kebijakan Amerika selama puluhan tahun.
Israel telah lama menjadi sekutu dekat Amerika tetapi Washington, sampai sekarang, menahan diri dari mengakui Yerusalem sebagai pusat pemerintahan negara itu sejak kota itu tetap menjadi medan perang pusat dalam perang politik antara Palestina dan Israel.
Kedutaan baru telah "meningkatkan volume retorika anti-Amerika tidak hanya di Palestina tetapi di seluruh dunia Arab dan Muslim," kata Al-Faisal, yang adalah duta besar Arab Saudi untuk AS dari 2005 hingga 2007.
"Ini memberikan dorongan kepada kelompok-kelompok teroris yang selalu mengklaim Amerika menentang Arab dan itu memungkinkan Iran untuk memanfaatkan masalah ini dengan menuduh Amerika mendukung Israel," lanjutnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo